السلام عليكم
Haiwan atau binatang merupakan makhluk Allah yang diciptakan bagi melengkapi kehidupan manusia. Melaluinya manusia mendapat pelbagai manfaat dan kebaikan. Bintang yang diciptakan Allah begitu banyak jenis dan spesiesnya. Ada yang hidup di darat, ada di lautan bahkan ada yang hidup di kedua-duanya. Bintang juga makhluk Allah yang diberikan nyawa dan mempunyai perasaan, hanya sahaja ia tidak memiliki akal fikiran seperti manusia yang diciptakan untuk menjadi khalifah Allah s.w.t di muka bumi.
Antara adab-adab dan akhlak yang perlu diamalkan terhadap haiwan dan binatang ialah:
1. Memberinya makan dan minum apabila haiwan itu lapar dan haus, kerana Rasulullah s.a.w bersabda :
"Pada setiap yang mempunyai hati yang basah (haiwan) itu terdapat pahala (dalam berbuat baik kepadaNya)" (Riwayat Bukhari no. 2363)
"Barangsiapa yang tidak belas kasihan nescaya dia tidak akan dibelaskasihani" (Riwayat Bukhari no.5997, Muslim no. 2318)
ارحموا من فى الاض ير حمكم من فى السماء
"Kasihanilah siapa yang ada di bumi ini, niscaya kalian dikasihani oleh yang ada di langit" (Riwayat At-Tirmizi no.1924)
2. Menyayangi dan kasih sayang kepadanya, sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w ketika para sahabatnya menjadikan burung sebagai sasaran memanah.
لعن الله من اتخذ شيئا فيه روح غر ضا
"Allah melaknat orang yang menjadikan sesutu yang bernyawa sebagai sasaran" (Riwayat Bukhari no. 5515, Muslim no.1958, Ahmad no. 6223)
Beliau juga telah melarang mengurung atau mengikat binatang ternak untuk dibunuh dengan dipanah/ditombak dan sejenisnya, dan karena beliau juga telah bersabda.
"Siapakah gerangan yang telah menyakiti perasaan burung ini karena anaknya? Kembalikanlah kepadanya anak-anaknya". Beliau mengatakan hal tersebut setelah beliau melihat seekor burung berputar-putar mencari anak-anaknya yang diambil dari sarangnya oleh salah seorang sahabat" (Riwayat Abu Daud : 2675 dengan sanad sahih)
3. Menyenangkannya di saat menyembelih atau membunuhnya, karena Rasulullah s.a.w telah bersabda,:
"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ihsan (berbuat baik) atas segala sesuatu, maka apabila kalian membunuh hendaklah berlaku ihsan di dalam pembunuhan, dan apabila kalian menyembelih hendaklah berlaku baik di dalam penyembelihan, dan hendaklah salah seorang kamu menyenangkan sembelihannya dan hendaklah ia mempertajam mata pisaunya" (Riwayat Muslim :no.1955)
4. Tidak menyeksanya dengan cara penyeksaan apapun, atau dengan membuatnya kelaparan, memukulinya, membebaninya dengan sesuatu yang ia tidak mampu, menyiksanya atau membakarnya, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda :
"Seorang perempuan masuk neraka karena seekor kucing yang ia kurung hingga mati, maka dari itu ia masuk neraka karena kucing tersebut, disebabkan ia tidak memberinya makan dan tidak pula memberinya minum di saat ia mengurungnya, dan tidak pula ia membiarkannya memakan serangga di bumi" (Riwayat Bukhari no.3482)
Ketika beliau berjalan melintasi sarang semut yang telah dibakar, beliau bersabda.
انه لاينبغى أن يعذ ب بالنار الا رب النار
"Sesungguhnya tidak ada yang berhak menyiksa dengan api selain Rabb (Tuhan) pemilik api" (Riwayat Abu Daud no.2675)
5. Boleh membunuh haiwan yang mengganggu, seperti anjing buas, serigala, ular, kalajengking, tikus dan lain-lainnya, karena beliau telah bersabda:
" Ada lima macam haiwan fasik yang boleh dibunuh di waktu halal (tidak ihram) dan di waktu ihram, yaitu ular, burung gagak yang putih punggung dan perutnya, tikus, anjing buas dan rajawali" (Riwayat Muslim no.1198). Juga ada hadits sahih yang membolehkan membunuh kalajengking dan mengutuknya.
6. Boleh memberi wasam (tanda/cap) dengan besi panas pada telinga binatang ternak yang tergolong na'am untuk maslahat, sebab telah diriwayatkan bahwasanya Nabi Muhammad s.a.w memberi wasam pada telinga unta sadaqah dengan tangan beliau yang mulia. Sedangkan haiwan lain selain yang tergolong na'am (unta, kambing dan sapi) tidak boleh diberi wasam, sebab ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat ada seekor keledai yang mukanya diberi wasam beliau bersabda, "Allah mengutuk orang yang memberi wasam pada muka keledai ini" (Riwayat Muslim no.2117)
7. Mengenal hak Allah pada haiwan, yaitu menunaikan zakatnya jika hewan itu tergolong yang wajib dizakati.
8. Tidak boleh sibuk mengurus haiwan hingga lupa taat dan zikir kepada Allah. Sebab Allah telah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan (ingatlah), sesiapa yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi" (Al-Munafiqun : 9)
Rasulullah s.a.w pun telah bersabda berkenaan dengan kuda : "Kuda itu ada tiga macam. Kuda bagi seseorang menjadi pahala, kuda bagi seseorang menjadi pelindung dan kuda bagi seseorang menjadi dosa. Adapun kuda yang mendatangkan pahala adalah kuda seseorang yang dipangkal untuk fisabilillah, ia banyak berdiam di padang rumput atau di taman. Maka apa saja yang dimakan oleh kuda itu selama dipangkal di padang rumput atau di taman itu, maka pemiliknya mendapat pahala-pahala kebajikan. Dan sekiranya ia meninggalkannya lalu mendaki satu atau dua tempat tinggi, maka jejak dan kotorannya menjadi pahala-pahala kebajikan baginya. Maka dari itu kuda seperti itu menjadi pahala bagi pemiliknya. Kuda yang diikat oleh seseorang karena ingin menjaga kehormatan diri (tidak minta-minta) dan ia tidak lupa akan hak Allah s.w.t pada leher ataupun punggung kuda itu, maka kuda itu menjadi pelindung baginya. Dan kuda yang diikat (dipangkal) oleh seseorang karena kebanggaan, riya dan memusuhi orang-orang Islam, maka kuda itu mendatangkan dosa baginya" (Riwayat Al-Bukhari no. 2371)
Itulah antara adab atau etika yang selalu dipelihara oleh seorang muslim terhadap hewan karena taat kepada Allah dan Rasulnya, sebagai pengamalan terhadap ajaran yang diperintahkan oleh syari'at Islam, syari'at yang penuh rahmat, sayari'at yang serat dengan kebaikan bagi segenap makhluk, manusia ataupun haiwan.
[Dari kitab Minhajul Muslim, Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jaza'iri ]
والله أعلمُ بالـصـواب