Cari Entri WADi

Memaparkan catatan dengan label Pengisian Rohani. Papar semua catatan
Memaparkan catatan dengan label Pengisian Rohani. Papar semua catatan

Khamis, 15 Mac 2012

Adab dan Akhlak Terhadap Haiwan



السلام عليكم


Haiwan atau binatang merupakan makhluk Allah yang diciptakan bagi melengkapi kehidupan manusia. Melaluinya manusia mendapat pelbagai manfaat dan kebaikan. Bintang yang diciptakan Allah begitu banyak jenis dan spesiesnya. Ada yang hidup di darat, ada di lautan bahkan ada yang hidup di kedua-duanya. Bintang juga makhluk Allah yang diberikan nyawa dan mempunyai perasaan, hanya sahaja ia tidak memiliki akal fikiran seperti manusia yang diciptakan untuk menjadi khalifah Allah s.w.t di muka bumi. 

Antara adab-adab dan akhlak yang perlu diamalkan terhadap haiwan dan binatang ialah:


1. Memberinya makan dan minum apabila haiwan itu lapar dan haus, kerana Rasulullah s.a.w bersabda :

"Pada setiap yang mempunyai hati yang basah (haiwan) itu terdapat pahala (dalam berbuat baik kepadaNya)" (Riwayat Bukhari no. 2363)

"Barangsiapa yang tidak belas kasihan nescaya dia tidak akan dibelaskasihani" (Riwayat Bukhari no.5997, Muslim no. 2318)


ارحموا من فى الاض ير حمكم من فى السماء

"Kasihanilah siapa yang ada di bumi ini, niscaya kalian dikasihani oleh yang ada di langit" (Riwayat At-Tirmizi no.1924)


2. Menyayangi dan kasih sayang kepadanya, sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w ketika para sahabatnya menjadikan burung sebagai sasaran memanah.


لعن الله من اتخذ شيئا فيه روح غر ضا

"Allah melaknat orang yang menjadikan sesutu yang bernyawa sebagai sasaran" (Riwayat Bukhari no. 5515, Muslim no.1958, Ahmad no. 6223)

Beliau juga telah melarang mengurung atau mengikat binatang ternak untuk dibunuh dengan dipanah/ditombak dan sejenisnya, dan karena beliau juga telah bersabda.

"Siapakah gerangan yang telah menyakiti perasaan burung ini karena anaknya? Kembalikanlah kepadanya anak-anaknya". Beliau mengatakan hal tersebut setelah beliau melihat seekor burung berputar-putar mencari anak-anaknya yang diambil dari sarangnya oleh salah seorang sahabat" (Riwayat Abu Daud : 2675 dengan sanad sahih)


3. Menyenangkannya di saat menyembelih atau membunuhnya, karena Rasulullah s.a.w telah bersabda,:

"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ihsan (berbuat baik) atas segala sesuatu, maka apabila kalian membunuh hendaklah berlaku ihsan di dalam pembunuhan, dan apabila kalian menyembelih hendaklah berlaku baik di dalam penyembelihan, dan hendaklah salah seorang kamu menyenangkan sembelihannya dan hendaklah ia mempertajam mata pisaunya" (Riwayat Muslim :no.1955)


4. Tidak menyeksanya dengan cara penyeksaan apapun, atau dengan membuatnya kelaparan, memukulinya, membebaninya dengan sesuatu yang ia tidak mampu, menyiksanya atau membakarnya, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda : 

"Seorang perempuan masuk neraka karena seekor kucing yang ia kurung hingga mati, maka dari itu ia masuk neraka karena kucing tersebut, disebabkan ia tidak memberinya makan dan tidak pula memberinya minum di saat ia mengurungnya, dan tidak pula ia membiarkannya memakan serangga di bumi" (Riwayat Bukhari no.3482)

Ketika beliau berjalan melintasi sarang semut yang telah dibakar, beliau bersabda.


انه لاينبغى أن يعذ ب بالنار الا رب النار

"Sesungguhnya tidak ada yang berhak menyiksa dengan api selain Rabb (Tuhan) pemilik api" (Riwayat Abu Daud no.2675)


5. Boleh membunuh haiwan yang mengganggu, seperti anjing buas, serigala, ular, kalajengking, tikus dan lain-lainnya, karena beliau telah bersabda:

" Ada lima macam haiwan fasik yang boleh dibunuh di waktu halal (tidak ihram) dan di waktu ihram, yaitu ular, burung gagak yang putih punggung dan perutnya, tikus, anjing buas dan rajawali" (Riwayat Muslim no.1198). Juga ada hadits sahih yang membolehkan membunuh kalajengking dan mengutuknya.

6. Boleh memberi wasam (tanda/cap) dengan besi panas pada telinga binatang ternak yang tergolong na'am untuk maslahat, sebab telah diriwayatkan bahwasanya Nabi Muhammad s.a.w memberi wasam pada telinga unta sadaqah dengan tangan beliau yang mulia. Sedangkan haiwan lain selain yang tergolong na'am (unta, kambing dan sapi) tidak boleh diberi wasam, sebab ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat ada seekor keledai yang mukanya diberi wasam beliau bersabda, "Allah mengutuk orang yang memberi wasam pada muka keledai ini" (Riwayat Muslim no.2117)

7. Mengenal hak Allah pada haiwan, yaitu menunaikan zakatnya jika hewan itu tergolong yang wajib dizakati.

8. Tidak boleh sibuk mengurus haiwan hingga lupa taat dan zikir kepada Allah. Sebab Allah telah berfirman:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan (ingatlah), sesiapa yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi" (Al-Munafiqun : 9)

Rasulullah s.a.w pun telah bersabda berkenaan dengan kuda : "Kuda itu ada tiga macam. Kuda bagi seseorang menjadi pahala, kuda bagi seseorang menjadi pelindung dan kuda bagi seseorang menjadi dosa. Adapun kuda yang mendatangkan pahala adalah kuda seseorang yang dipangkal untuk fisabilillah, ia banyak berdiam di padang rumput atau di taman. Maka apa saja yang dimakan oleh kuda itu selama dipangkal di padang rumput atau di taman itu, maka pemiliknya mendapat pahala-pahala kebajikan. Dan sekiranya ia meninggalkannya lalu mendaki satu atau dua tempat tinggi, maka jejak dan kotorannya menjadi pahala-pahala kebajikan baginya. Maka dari itu kuda seperti itu menjadi pahala bagi pemiliknya. Kuda yang diikat oleh seseorang karena ingin menjaga kehormatan diri (tidak minta-minta) dan ia tidak lupa akan hak Allah s.w.t pada leher ataupun punggung kuda itu, maka kuda itu menjadi pelindung baginya. Dan kuda yang diikat (dipangkal) oleh seseorang karena kebanggaan, riya dan memusuhi orang-orang Islam, maka kuda itu mendatangkan dosa baginya" (Riwayat Al-Bukhari no. 2371)

Itulah antara adab atau etika yang selalu dipelihara oleh seorang muslim terhadap hewan karena taat kepada Allah dan Rasulnya, sebagai pengamalan terhadap ajaran yang diperintahkan oleh syari'at Islam, syari'at yang penuh rahmat, sayari'at yang serat dengan kebaikan bagi segenap makhluk, manusia ataupun haiwan.


[Dari kitab Minhajul Muslim,  Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jaza'iri ] 



والله أعلمُ بالـصـواب

Rabu, 14 Mac 2012

Agama Islam Itu Adalah Nasihat (Ikhlas)



السلام عليكم


 

 عن أبي رقية تميم بن أوس الداري رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : الدين النصيحة قلنا : لمن ؟ قال : لله ولكتابه ولرسوله لأئمة المسلمين وعامتهم - رواه مسلم 

Daripada Abiu Ruqayyah Tamim Bin Aus al-Dary r.a berkata, Rasulullah s.a.w bersabda : Agama itu nasihat. Kami berkata : Bagi siapa ? Baginda s.a.w bersabda : Bagi Allah, bagi Kitab-Nya, Bagi Rasul-Nya dan bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin dan orang-orang awam mereka.( HR Muslim )

Beberapa pengajaran yang dapat kita ambil dari hadith sahih diatas, ialah :

1. Agama yang dimaksudkan disni adalah agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Firman Allah :


إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الإِسْلاَمُ ۗ
 "Sesungguhnya agama disisi Allah(yang diredhai Allah) adalah Islam". (Ali Imran,3:19)



وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Barangsiapa mencari agama selain Islam, nescaya Allah tidak akan menerimanya, dan di akhirat dia pasti termasuk golongan yang rugi". (Ali Imran,3:85)


 Berkata Luqman Al-Hakim : "Jika di dunia ini kamu memiliki hanya satu, maka satu-satunya itu hendaklah agama". Pepatah Arab ada menyebutkan : "Manusia tanpa agama, bagaikan kuda tanpa kekang (hidup liar dan tidak terkawal)".

2. Islam adalah nasihat. Maksudnya : Agar kehidupan manusia terkawal maka agama sangat berguna untuk mengawal agar ia menjadi insan yang baik dan sempurna dan selanjutnya mendapat keredhaan Allah. Agama sangat berperanan membimbing manusia agar menjadi insan yang cemerlang dan bahagia di dunia dan di akhirat. Dan kita mesti ingat bahawa rujukan utama agama Islam adalah Al-Quran dan Sunnah Rasul SAW. 


3. Ketika Nabi SAW ditanya : Bagi siapa ? Lalu baginda SAW menjawap : Bagi Allah. Ini tidak bermaksud Allah memerlukan nasihat ! tetapi maksudnya : Kita mestilah beriman dan mentauhidkan Allah, jangan buat syirik, buat suruhanNya dan jauhi laranganNya, mensyukuri nikmatNya dan mengharap redhaNya; Bagi KitabNya, yakni beriman kepada Al-Quran dan menjadikannya sebagai panduan hidup; Bagi RasulNya, beriman kepada Nabi Muhammad SAW, mencintainya, dan menjadikannya sebagai role model dan teladan dalam segala urusan agama, mencintai sesiapa yang mencintainya dan memusuhi sesiapa saja yang memusuhinya dan sunnahnya.

4. Adapun maksud bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin pula ialah menolong dan menyokong mereka dalam perkara-perkara kebenaran dan keadilan serta patuh kepada mereka dalam urusan kebenaran. Tegur mereka dengan cara yang baik serta berhikmah dan ingatkan mereka ketika lalai melaksanakan kewajipan. Sedangkan bagi orang awam kaum muslimin pula, ialah membimbing mereka ke jalan yang benar, mengawasi mereka daripada jalan yang salah atau sesat, bertolong-tolongan dalam perkara-perkara kebaikan dan ketakwaan, saling hormat menghormati dan saling sayang menyayangi. 

4. Walau nasihat itu berguna, namun jika tersalah caranya boleh membawa bencana. Oleh itu, ketika memberi nasihat kita perlu bijaksana dan tahu caranya. Pepatah Arab ada menyebut: " Memberi nasihat di khalayak ramai adalah suatu penghinaan". Rasulullah SAW bersabda : Hak muslim terhadap muslim lain ada enam, (satu diantaranya) : "Jika salah seorang saudara seagamamu meminta nasihat, maka berilah dia nasihat" (Riwayat Muslim). Hanya saja menurut Imam Al-Nawawi dalam syarahannya : Nasihat perlu diberikan kepada muslim jika dia meminta nasihat, hanya dalam hal-hal keduniaan seperti pertanyaannya tentang pribadi orang yang dia ingin menjadikannya sebagai rakan kongsi dalam urusan perniagaan, tetapi jika kita melihat kesalahan dalam urusan agama, maka kita wajib menegurnya atau memberinya nasihat walaupun muslim itu tidak meminta nasihat. 

5. Nasihat menurut bahasa Arab memilki tiga makna :Pertama ialah menjahit/menampal : ( نَصَحَ الثَّوْبَ ) : Dia menjahit/menampal baju; kemudian Menyaring/menapis ( نَصَحَ العَسْلَ ) : Dia menyaring/menapis madu; dan seterusnya Ikhlas ( تَوْبَةً نَصُوْحًا ) : Taubat yang ikhlas. Jika kita rangkumi ketiga-tiga makna tersebut, maka suatu nasihat mestilah memenuhi tiga sifat, iaitu : Pertama nasihat mestilah ke arah memperbaiki atau kesempurnaan diri orang yang dinasihati sebagaimana peranan jahitan atau tampalan baju yang koyak. Kemudian ketika memberi nasihat hendaklah menggunakan kata-kata yang baik-baik atau ditapis dan diseleksi, bukan asal cakap yang boleh menyinggung perasaan orang yang dinasihati. Dan ketiga suatu nasihat hendaklah diberi dengan niat yang ikhlas, bukan cari pengaruh atau pujian atau keuntungan duniawi.

6. Muslim/muslimat jika mendapat nasihat dari seseorang, sama ada dari Ibu Bapa, para guru, para ustaz atau para ulama dan pendakwah, hendaklah menerimanya dengan baik dan berusaha untuk mematuhinya. Lebih-lebih lagi jika nasihat itu memenuhi semua kriteria di atas dan berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasul.  Oleh itu, umat Islam tidak seharusnya memilki sifat kafir tersebut, tetapi selalu " Sami'naa Wa Ata'naa ". Allah SWT menggambarkan ciri-ciri orang kafir dalam  firmanNya : 


إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya orang-orang kafir itu, sama saja bagi mereka, engkau beri peringatan atau engkau tidak beri peringatan, mereka tetap saja tidak mau percaya (beriman) (Al-Baqarah,2 : 6)

7. Rasulullah s.a.w bersabda dalam wasiatnya sebelum wafat : " Bertakwalah kamu kepada Allah, dan dengarlah, dan patuhilah, walaupun yang menyampaikan (nasihat atau kebenaran itu) seorang hamba abdi berbangsa Habsy". Wasiat ini mengandungi pengajaran : 1. Untuk mencapai derjat takwa, seseorang itu mestilah suka mendengar dan mematuhi (kebenaran) yang didengarnya itu. 2. Kebenaran yang disampaikan wajib dipatuhi tanpa mengira siapapun yang menyampaikannya, walau dari orang yang tidak mempunyai status seperti hamba abdi berbangsa Afrika.


والله أعلمُ بالـصـواب

Selasa, 13 Mac 2012

Iftiraq (Perpecahan Umat Islam)



السلام عليكم



Al-Mukaddimah

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, kami memujiNya, memohon pertolongan dan ampunan serta bertaubat kepadaNya. Kami berlindung kepadaNya dari kejahatan jiwa-jiwa kami dan dari keburukan amal-amal kami. Barangsiapa diberi hidayah oleh Allah, niscaya tiada seorangpun yang dapat menyesatkannya. Barangsiapa disesatkanNya, nisaya tiada seorangpun yang dapat memberinya hidayah. Saya bersaksi bahwa tida Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah semata tiada sekutu bagiNya. Yang berfirman dalam kitabNya.

"Dan bahawa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya" (Al-An'am : 153)

Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Yang telah memperingatkan umat dari musibah yang bakal terjadi, yakni bid'ah dan perpecahan, dalam sabda beliau.

Daripada Abu Sa’id al-Khudri r.a berkata, Rasulullah s.a.w bersabda:

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتّٰى لَوْدَخَلُوْا فِى جُحْرِضَبٍّ لَاتَّبَعْتُمُوْهُمْ، قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ الْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ: فَمَنْ؟
“Kamu akan mengikut jejak langkah umat-umat sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sehinggalah jika mereka masuk ke lubang biawak pun, kamu akan mengikuti mereka”. Sahabat bertanya,” Ya Rasulullah, apakah engkau maksudkan itu adalah Yahudi dan Nasrani?”. Rasulullah s.a.w lalu bersabda: “Siapa lagi ?” (Muttafaq’alaih)

Wa ba'du

Perkara yang ingin dibahas oleh para ahli ilmu dan para penuntut ilmu sekarang ini dalah masalah Iftiraq iaitu"perpecahan umat!" Mafhumnya, etiologi serta solusinya. Masalah ini sangat perlu diketahui segenap kaum muslimin, lebih-lebih bagi para penuntut ilmu. Apalagi di zaman sekarang ini kelompok-kelompok ahli bid'ah mulai mengembangkan sayapnya. Hawa nafsu semakin menggila hingga menguasai manusia. Sehingga kejahatan dan kemunafikan merajalela ke segala penjuru.

Benar! Sekalipun majlis-majlis dan halaqah ilmu berada di mana-mana, namun kesesatan bid'ah-bid'ah juga semakin berkembang pesat. Memang pada hari ini ilmu banyak disebar, namun banyak yang tidak mendapat berkat dan faedah dari ilmunya. Barangkali karena ia menuntut ilmu tidak dari sumber aslinya, yaitu tidak berpandukan kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah serta athar para imam yang dijadikan panduan yang tersebar dalam karya-karya mereka. Atau barangkali mereka menimbanya bukan dari ahli ilmu, atau tidak mengikuti manhaj ahli ilmu dan ahli fiqh dalam menuntut ilmu.

Meskipun kemudahan menuntut ilmu terbuka luas pada hari ini, namun nikmat tersebut justru tampak negatif terhadap ummah. Mereka menjadi tergesa-gesa dalam menimba ilmu tidak sebagaimana mestinya! Di samping mereka merasa cukup tanpa harus belajar kepada para ulama. Tentu saja itu termasuk ilmu yang tidak bermanfaat. Rasulullah s.a.w telah berlindung diri dari hal semacam itu.[Dalam sebuah hadith riwayat, Muslim dari Zaid bin Arqam, Rasulullah s.a.w berkata dalam doanya : 'Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat'. Lihat Shahih Muslim kitab Az-Zikr haditsh no. 2723]

Ilmu yang mendatangkan keberkatan hanyalah ilmu yang diambil dari al-Quran dan as-Sunnah. Itulah pedoman utama yang merupakan jalan orang-orang yang beriman. Adapun hanya mencukupkan menuntut ilmu melalui medium seperti buku dan kaset sahaja memang memberi manfaat namun tentu manfaatnya hanya sedikit berbanding berguru dengan para ulama' atau guru yang benar ilmunya. Hal ini boleh menjadi penyebab munculnya bid'ah dan penyimpangan pemikiran serta perpecahan dan perselisihan dalam agama. 


Maksud Iftiraq (Perpecahan Umat ) 

Iftiraq berasal dari kata al-mufaraqah (saling berpisah), dan al-mubayanah (saling berjauhan), dan al-mufashalah (saling terpisah) serta al-inqitha' (terputus). Diambil juga dari kata al-insyi'ab (bergolong-golongan) dan asy-syuzuz (menyempang dari barisan). Boleh juga maksudnya memisahkan diri dari induk, keluar dari jalur dan keluar dari jama'ah.

Secara istilahnya, perpecahan adalah keluar dari As-Sunnah dan Al-Jama'ah dalam masalah usuluddin yang qat'ie, baik secara sepenuhnya maupun sebahagiannya. Baik dalam masalah i'tiqad ataupun masalah amaliyah yang berkaitan dengan usuluddin atau berkaitan dengan maslahat umat atau berkaitan dengan keduanya.

Daripada Abu Hurairah r.a berkata,Rasulullah s.a.w bersabda.

"Barangsiapa keluar dari ketaatan serta memisahkan diri dari jama'ah lalu mati, maka kematiannya adalah kematian secara jahiliyah. Barangsiapa berperang dibawah panji asabiyah, emosi karena asabiyah lalu terbunuh, maka mayatnya adalah mayat jahiliyah. Barangsiapa memisahkan diri dari umatku (kaum muslimin) lalu membunuhi mereka, baik yang soleh maupun yang fajir (fasiq) dan tidak menahan tangan mereka terhadap kaum mukminin serta tidak menyempurnakan perjanjian mereka kepada orang lain, maka ia bukan termasuk golonganku dan aku bukan golongannya" ( Riwayat Muslim)

Menyelisihi salah satu pedoman Ahlus Sunnah wal Jama'ah dalam aqidah dikiran sebagai perpecahan dan memisahkan diri dari jama'ah. Demikian pula melanggar ijma', mengeluarkan diri dari jama'ah serta imam yang mereka sepakati dalam hal-hal yang berkaitan dengan maslahat umum terhitung perpecahan dan memisahkan diri dari jama'ah. Siapa saja yang melanggar amalan sunnah yang disepakati kaum muslimin termasuk perpecahan. Sebab ia telah memisah dari jama'ah. Semua kekufuran akbar termasuk perpecahan, namun bukan setiap perpecahan tergolong kekufuran.

Maksudnya, setiap amalan ataupun keyakinan yangboleh mengeluarkan seseorang dari pokok ajaran Islam, dan dari hal yang qat'ie dalam agama ini juga dari sunnah dan jama'ah, dan hal ini semua dapat menggiringnya kepada kekufuran, maka perbuatannya itu disebut iftiraq (memisahkan diri). Namun tidak semua perpecahan itu tergolong kekufuran. Yakni, mungkin saja suatu kelompok atau sekumpulan manusia atau sebuah jama'ah keluar dari Ahlus Sunnah namun tidak dihukumi kafir. Sekalipun memisahkan diri dari jama'ah kaum muslimin dalam prinsip-prinsip tertentu, seperti kelompok Khawarij. Khawarij generasi pertama telah memisahkan diri dari kaum muslimin, bahkan mereka mengangkat senjata terhadap umat ini. Mereka memisahkan diri dari jama'ah serta membangkang terhadap imam kaum muslimin.

Walaupun begitu, para sahabat tidak menghukum mereka kafir, bahkan mereka berbeza pendapat dalam masalah ini. Ketika Imam Ali bin Abi Thalib r.a ditanya status mereka, beliau tidak menyatakan mereka kafir. Demikian pula Ibnu Umar r.a serta beberapa sahabat lainnya. Mereka juga bersedia solat dibelakang tokoh khawarij bernama Najdah Al-Haruriy. Begitupula Abdullah bin Abbas r.a , beliau membalas surat seorang tokoh Khawarij bernama Nafi' bin Al-Azraq dan mendebatnya dengan Al-Qur'an, sebagaimana hal itu lumrah dilakukan terhadap sesama kaum muslimin. (Minhajus Sunnah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah V/247-248)

[Kitab Al-Iftiraaq Mafhumuhu Ashabuhu Subulul Wiqayatu Minhu, Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-'Aql]


والله أعلمُ بالـصـواب

Ahad, 15 Januari 2012

[STICKY POST] Konvensyen Fiqh Ummah 2012

السلام عليكم



Ada kelapangan Februari akan datang?

Mahu menambah kefahaman anda dalam Fiqh dan Ilmu Islam?

Mahu berjumpa dan mengutip ilmu dari Ilmuan Tempatan?

Hadiri Konvensyen Fiqh Ummah 2012!!



Maklumat lanjut :


03-4251 6702


Ahad, 25 Disember 2011

[HOT ] Larangan Mengucapkan Merry Christmas Kepada Kristian



Sebenarnya tiada nas yang jelas daripada al-Quran dan hadis yang mengharamkan orang Muslim mengucap tahniah dan menghadiri perayaan bukan Muslim. Tetapi orang Muslim yang berfikiran tertutup termasuk yang menjadi ulama mempunyai banyak sebab membolehkan mereka mengharamkan perkara itu. Salah satu sebabnya seperti disebut forumner di atas, iaitu kerana orang Kristian didakwa syirik, maka kita mengucap tahniah kepada orang Kristian dan menghadiri majlis Krismas mereka dianggap menjadi syirik yang dosa lebih besar dari menyuruh orang berzina, minum arak, membuka aurat, main judi, membunuh dan sebagainya. Dia lupa bahawa Nabi Muhammad s.a.w. memberi penghormatan kepada mayat bukan Muslim, Allah membenarkan orang Muslim makan dan kahwin dengan wanita Ahli Kitab dan sebagainya.

Di atas adalah nukilan daripada kata-kata Astora Jabat dalam ruangan Bicara Agama, Mingguan Malaysia pada 26 Disember 2004. Ringkasnya dalam artikel beliau yang berjudulUcapan selamat Hari Krismas syirik?¸Astora Jabat berpendapat dibolehkan mengucapkanMerry Christmas kepada orang-orang beragama Kristian. Dalilnya adalah, seperti biasa, tidak ada nas yang jelas daripada al-Qur’an dan as-Sunnah yang melarang orang Islam mengucapkanMerry Christmas kepada orang Kristian.Sememangnya sudah tidak asing lagi bagi kita semua bahawa antara bentuk dalil yang masyhur di sisi Astora Jabat dan lain-lain tokoh Islam Liberal dalam menegakkan sesuatu fahaman mereka ialah “tidak ada nas yang jelas”. Kemudian mereka mencari apa sahaja penguat yang lain untuk mendukung fahaman tersebut. Semua ini seolah-olah Islam adalah satu agama vakum yang boleh dipenuhi oleh apa sahaja yang dikehendaki oleh seseorang.

Sampai-sampai kita boleh umpamakan, berlaku satu kes ragut beg tangan di hadapan orang ramai. Salah seorang daripada orang yang menyaksikan kes tersebut berkata:

“Selamat meragut beg tangan, tahniah!”.



Lalu orang ramai menegur: “Kenapa anda mengucapkan tahniah kepada peragut itu?”

Orang itu menjawab: “Tidak ada nas yang jelas daripada al-Qur’an dan as-Sunnah yang melarang kita daripada mengucapkan tahniah kepada seorang peragut. Adakah kalian lupa bahawa mungkin dia kelaparan dan inginkan wang untuk membeli makanan? Adakah kalian lupa bahawa dia mungkin rindu kepada kawan-kawannya dan ingin menggunakan talifon bimbit dalam beg tangan untuk menalifon mereka?”

Penulis yakin ramai pembaca yang akan menolak perumpamaan di atas. Ini kerana meragut beg tangan adalah perbuatan mencuri yang dilarang dalam Islam. Lebih dari itu kita tidak boleh membenarkan satu perbuatan yang salah dengan memberikan alasan-alasan “tujuan yang baik” di sebaliknya. Akan tetapi inilah yang dilakukan oleh Astora Jabat. Jika benar tidak ada nas jelas yang melarang mengucap Merry Christmas, maka demikian juga, tidak ada nas jelas yang melarang mengucapkan tahniah kepada peragut beg tangan. Jika ucapan Merry Christmas boleh diperkuatkan dengan sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang berbuat baik kepada sebahagian kaum Ahli Kitab, maka demikian juga, amalan mengucapkan tahniah kepada peragut boleh diperkuatkan dengan tujuan baik yang mendorong dia melakukan tindakan sedemikian.

Demikianlah agama Islam menurut Astora Jabat dan lain-lain tokoh Islam Liberal, ia adalah ruang vakum yang boleh dipenuhi dengan apa sahaja yang dikehendaki oleh seseorang. Sebenarnya perbincangan sama ada boleh atau tidak mengucapkan Merry Christmas adalah sesuatu yang telah lama dibicarakan kepada para ilmuan Islam. Insya-Allah dalam risalah ini penulis akan cuba mengupasnya secara adil berdasarkan petunjuk al-Qur’an, as-Sunnah dan pemikiran yang sihat. Sebelum dimulakan, adalah penting untuk kita terlebih dahulu memahami apa dan kenapa masyarakat Kristian menyambut Hari Natal (Christmas Day).

Christmas Day menurut orang Kristian adalah sambutan hari ulangtahun kelahiran anak Allah di mukabumi, iaitu Jesus. Tumpuan tidaklah diberatkan kepada tarikh 25 Disember tetapi pada diri Jesus itu sendiri yang telah dikorbankan oleh Allah demi menghapuskan dosa-dosa manusia. Pengorbanan sebesar ini tidak patut dilupakan begitu sahaja, maka ia diingati dengan sambutan Christmas Day. Apabila penulis menaip “Why do we celebrate Christmas” di enjin carian internet www.google.com, hasil penemuan pertama yang dikemukakan menyebut:

Why do we celebrate Christmas? It is Jesus' birthday! His mommy was Mary and His earthy Father was Joseph. His real Father is God and Jesus was God's gift to all of us! Christmas is the celebration of the birth of Jesus. Christians decided to celebrate this day many years after He was born. December 25 was picked as this day, even though it probably is not the exact day He was born. That is not as important as the reason we celebrate Christmas. Jesus is the reason for the season. The season is not just to receive gifts, get time off from school or eat a lot of good stuff. Remember that Jesus was born for us...to take away our sins...so that we can be forgiven of the bad things we do forever. This is the greatest gift of all! [www.godschildrenscorner.com]



Jelas Christmas Day adalah sambutan bersempena dua perkara, pertama: Jesus sebagai anak Allah dan kedua: pengorbanan Jesus oleh Allah sendiri demi menghapuskan dosa-dosa manusia. Adalah memadai dalam artikel ini kita memberi tumpuan kepada yang pertama sahaja, iaitu Jesus sebagai anak Allah. Apakah pandangan Islam tentang dakwaan Allah memiliki anak? Jawapannya boleh diperolehi secara jelas daripada al-Qur’an.



Pertama, Allah adalah Tuhan yang bebas daripada diperanakkan atau memiliki anak. AllahSubhanahu wa Ta‘ala berfirman:

Katakanlah: “(Tuhanku) ialah Allah Yang Satu, Allah Yang menjadi tumpuan sekalian makhluk untuk memohon sebarang hajat, Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan, Dan tidak ada sesiapapun yang serupa dengan-Nya".

[al-Ikhlas 112:1-4]

Kedua, mengatakan Allah memiliki anak adalah satu kesalahan yang amat berat:

Dan mereka berkata: “(Allah) Ar-Rahman, mempunyai anak.” Demi sesungguhnya, kamu telah melakukan satu perkara yang besar salahnya! Langit nyaris-nyaris pecah disebabkan (anggapan mereka) yang demikian dan bumi pula nyaris-nyaris terbelah serta gunung-ganang pun nyaris-nyaris runtuh ranap kerana mereka mendakwa mengatakan: (Allah) Ar-Rahman mempunyai anak. Padahal tiadalah layak bagi (Allah) Ar-Rahman, bahawa Dia mempunyai anak.[Maryam 19:88-92]



Ketiga, dakwaan Allah memiliki anak adalah sebahagian daripada kepercayaan Trinity yang dipegang oleh orang-orang Kristian. Kepercayaan Trinity bermaksud Allah adalah tiga sekalipun satu, iaitu (1) The Father, (2) The Son and (3) The Holy Spirit. Ini adalah satu kesalahan yang telah dinyatakan oleh al-Qur’an sejak lebih 1400 tahun yang lalu:

Wahai Ahli kitab (Yahudi dan Nasrani)! Janganlah kamu melampaui batas dalam perkara agama kamu dan janganlah kamu mengatakan sesuatu terhadap Allah melainkan yang benar. Sesungguhnya al-Masih Isa ibni Maryam (Jesus) hanya seorang pesuruh Allah dan Kalimah Allah yang telah disampaikan-Nya kepada Maryam dan (merupakan tiupan) roh daripada-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga (Trinity)". Berhentilah (daripada mengatakan yang demikian) supaya menjadi kebaikan bagi kamu. Hanyasanya Allah ialah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah daripada mempunyai anak. Bagi Allah jualah segala yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dan cukuplah menjadi Pengawal (Yang Mentadbirkan sekalian makhlukNya). [an-Nisa’ 4:171]



Keempat, apabila orang-orang Kristian enggan berhenti daripada kepercayaan Trinity mereka sebagaimana yang dilarang oleh ayat 171 surah an-Nisa’ di atas, Allah Subhanahu wa Ta‘alamenghukum mereka kafir:

Demi sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Bahawasanya Allah ialah salah satu dari tiga tuhan.” Padahal tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Tuhan yang Maha Esa. Dan jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, sudah tentu orang-orang yang kafir dari antara mereka akan dikenakan azab seksa yang tidak terperi sakitnya. [al-Maidah 5:73]

Ayat-ayat al-Qur’an di atas tidaklah bersifat samar-samar dalam menyatakan kesalahan mendakwa Allah memiliki anak. Pengkhususan diberikan kepada kepercayaan agama Kristian yang mendakwa Jesus adalah anak Allah. Jesus sebagai anak Allah adalah salah satu unsurTrinity. Berpegang kepada kepercayaan sebegini adalah satu kekafiran yang tidak diragukan lagi.

Alhamdulillah umat Islam bebas daripada kepercayaan Allah memiliki anak dan Trinity.Akan tetapi umat Islam tidak sahaja dituntut untuk menjauhi kepercayaan sedemikian tetapi juga dilarang daripada membantu atau menyokongnya. Ini kerana di dalam Islam, apabila sesuatu perkara itu adalah salah maka kita bukan sahaja dituntut untuk menjauhi kesalahan tersebut tetapi juga dilarang daripada membantu dan menyokong kesalahan itu. Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

Dan hendaklah kamu bertolong-tolongan untuk membuat kebajikan dan bertaqwa, dan janganlah kamu bertolong-tolongan pada melakukan dosa (maksiat) dan pencerobohan. [al-Maidah 5:02]

Termasuk dalam keumuman perintah “…bertolong-tolongan untuk membuat kebajikan…” ialah membetulkan kepercayaan orang-orang Kristian. Hal ini kita lakukan bukan dengan menzalimi mereka tetapi dengan dakwah dan dialog dengan cara yang terbaik, yakni dengan ilmu dan hikmah. Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman:

Dan janganlah kamu berbahas dengan Ahli Kitab melainkan dengan cara yang lebih baik, melainkan kepada orang-orang yang berlaku zalim di antara mereka. Dan katakanlah (kepada mereka yang zalim): “Kami beriman kepada (Al-Quran) yang diturunkan kepada kami dan kepada (Taurat dan Injil) yang diturunkan kepada kamu; dan Tuhan kami, juga Tuhan kamu, adalah Satu. Dan kepada-Nyalah kami patuh dengan berserah diri." [al-Ankabut 29:46]

Termasuk dalam keumuman perintah “…janganlah kamu bertolong-tolongan pada melakukan dosa…” ialah jangan kita membantu dan menyokong kepercayaan orang-orang Kristian. Di antaranya ialah jangan diucapkan: “Merry Christmas” kerana dengan ucapan ini atau apa-apa yang seumpama, kita mengiktiraf kepercayaan mereka dan memberi ucapan tahniah untuk mereka meneruskan kepercayaan tersebut. Ini dilarang dan amat bertentangan dengan apa yang sebenarnya dituntut ke atas kita.


Adapun tindakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang menghormati dan berbuat baik kepada sebahagian kaum Ahli Kitab, yakni orang-orang Yahudi dan Nasrani, ia adalah tindakan yang menafsirkan firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala:

Allah tidak melarang kamu daripada berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang yang tidak memerangi kamu kerana agama (kamu) dan tidak mengeluarkan kamu dari kampung halaman kamu. Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berlaku adil. [al-Mumtahanah 60:08]

Akan tetapi menghormati dan berbuat baik kepada orang bukan Islam, dalam kes ini orang-orang Kristian, tidaklah sampai ke tahap membenarkan dan membantu kepercayaan mereka yang syirik kepada Allah. Sebagai contoh, apabila memerintahkan anak-anak berbuat baik kepada ibubapa, Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman:

Dan jika mereka berdua (ibubapa) mendesak kamu supaya mempersekutukan dengan-Ku sesuatu yang engkau tidak mengetahui sungguh adanya, maka janganlah engkau taat kepada mereka. Dan bergaullah dengan mereka di dunia dengan cara yang baik. [Luqman 31:15]

Jelas bahawa berbuat baik tersebut adalah dengan syarat ia tidak melibatkan apa-apa yang bersifat syirik kepada Allah. Jika melibatkan syirik maka tidak ada ketaatan. Namun sekalipun dalam suasana syirik tersebut, anak-anak tetap dituntut bergaul dengan ibubapa mereka dengan cara yang baik.

Justeru kita memang dituntut berbuat baik kepada orang-orang bukan Islam. Akan tetapi tuntutan ini tidaklah ke tahap kita melakukan syirik kepada Allah atau kita mengiktiraf dan membantu orang bukan Islam melakukan syirik kepada Allah. Hal ini perlu dibezakan dengan baik. Perhatikan bahawa sekalipun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menghormati dan berbuat baik kepada sebahagian kaum Ahli Kitab, baginda tidak sekali-kali memberi ucapan tahniah dan menyertai perayaan keagamaan mereka.

Timbul persoalan seterusnya, bagaimana seharusnya sikap kita kepada majikan, guru, rakan-rakan, jiran-jiran dan ahli keluarga kita yang menyambut Christmas Day? Untuk menjawab persoalan ini, penulis ingin mengajak para pembaca sekalian melakukan satu anjakan paradigma. Sedar atau tidak, kita umat Islam apabila menghadapi sesuatu persoalan seringkali akan cuba mengubahsuai agama Islam supaya selari dengan persoalan tersebut. Kenapa tidak dilakukan yang sebaliknya, iaitu mengubahsuai persoalan supaya selari dengan agama Islam? Sudah sampai masanya Islam dan umatnya menjadi pemimpin, bukan asyik dipimpin.

Dalam kes ini, sikap kita terhadap orang-orang Kristian yang berkaitan ialah menerangkan kepada mereka bahawa kita menghormati kepercayaan yang mereka pilih. Akan tetapi tidaklah bererti kita mengiktiraf dan menyertai perayaan keagamaan mereka kerana ia bertentangan dengan prinsip agama kita sendiri. Melalui penerangan yang berhikmah dan ilmiah, pasti mudah untuk orang-orang Kristian menerimanya. Malah mungkin ia dapat membuka ruang dakwah untuk kita membetulkan kepercayaan Trinity yang mereka pegangi.

Sudah tentu bahawa penjelasan dalam dua perenggan terakhir di atas adalah berdasarkan kemampuan setiap individu. Jika seseorang tersepit dalam suasana yang menekan, maka dibolehkan baginya mengucapkan Merry Christmas sebagai pilihan yang terakhir. Allah sebagai tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Pengampun mengetahui apabila seseorang hambanya terpaksa melakukan satu perkara yang tidak diingininya.

Perkara lain yang perlu digariskan adalah, tidak mengucapkan Merry Christmas tidak bererti akan menyebabkan perpecahan di kalangan rakyat Malaysia. Ini kerana perpaduan rakyat bukan bererti persatuan agama tetapi saling menghormati ajaran agama masing-masing.

Menghormati ajaran agama masing-masing bukanlah bermaksud kita umat Islam perlu mengalah kepada orang Kristian dengan mengucapkan Merry Christmas kepada mereka, tetapi dengan orang Kristian sendiri yang mengalah kepada umat Islam dengan menghormati kenapa ajaran Islam melarang umatnya daripada mengucapkan Merry Christmas.

wallahua'lam

Disediakan oleh: Ustaz Hafiz Firdaus Abdullah
Editor : WADi

Ahad, 27 November 2011

Sambutan Maal Hijrah, Antara Sunnah dan Bidaah di Bulan Muharram


Allah S.W.T dengan sifat-Nya yang Maha Pemurah (al-Rahmah) lagi Maha Penyayang (al-Rahman) telah menetapkan sesesetengah bulan itu memiliki keutamaan yang lebih berbanding dengan bulan-bulan yang lain agar Dia dapat memberi ganjaran yang lebih kepada hamba-hamba-Nya pada kadar-kadar masa yang tertentu itu. Di antara bulan yang dianggap istimewa itu adalah bulan Muharram yang merupakan bulan yang pertama dalam kalendar hijrah dan ia juga merupakan salah satu dari empat bulan-bulan haram yang penuh berkat.


Firman-Nya:


إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
Sesungguhnya bilangan bulan-bulan di sisi (hukum) Allah ialah dua belas bulan, (yang telah ditetapkan) dalam Kitab Allah semasa Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan yang dihormati. Ketetapan yang demikian itu ialah agama yang betul lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan yang dihormati itu (dengan melanggar larangan-Nya); dan perangilah kaum kafir musyrik seluruhnya sebagaimana mereka memerangi kamu seluruhnya; dan ketahuilah sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa. (al-Tawbah (9) : 36 )

Menerusi firman-Nya “maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan yang dihormati itu (dengan melanggar larangan-Nya)” ia menunjukkan bahawa pada bulan-bulan haram yang mana Muharram adalah salah satu darinya kita dilarang dari melakukan perbuatan-perbuatan yang terlarang kerana dosa melakukan kemungkaran pada bulan-bulan ini adalah lebih buruk balasannya daripada Allah S.W.T. berbanding dengan bulan-bulan yang lain. Namun begitu bagi mereka yang melakukan amal-amal yang soleh ganjaran pahalanya juga adalah lebih tinggi berbanding dengan bulan-bulan yang lain.

Jika firman-Nya di atas hanya menunjukkan terdapat empat bulan yang dihormati dalam setahun maka sabda Nabi s.a.w. ini memperincikan lagi tentang nama bulan-bulan tersebut:




إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلاَثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ.
Sesungguhnya zaman itu akan terus berlalu sebagaimana saat Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan. Empat di antaranya ialah bulan-bulan yang haram, tiga di antaranya ialah berturut-turut, iaitu bulan-bulan Dzulqaedah, Dzulhijjah dan Muharram. Bulan Rejab adalah bulan Mudhar (nama satu kabilah) yang terletak di antara Jamadilakhir dan Sya’ban. ( riwayat Imam al-Bukhari, no: 4662)


Oleh itu hendaklah pada bulan Muharram yang mulia ini kita hindarkan diri dari melakukan amalan yang dilarang dan mempertingkatkan amal ibadah yang boleh mendekatkan diri kita kepada Allah S.W.T. terutamanya ibadah puasa. Ini adalah kerana Rasulullah s.a.w. telah bersabda:




أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ.
Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah bulan Allah al-Muharram dan sebaik-baik solat setelah solat fardhu adalah solat malam. (riwayat Imam Muslim, no: 1163.)


Sabda baginda ‘Bulan Allah al-Muharram” menegaskan lagi betapa mulianya bulan Muharram ini. Oleh itu hendaklah kita bersungguh-sungguh untuk berpuasa sebanyak mungkin pada bulan Muharram ini. Namun ini tidak bermakna kita disyari’atkan untuk berpuasa sepanjang bulan Muharram ini kerana Rasulullah s.a.w. hanya berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan sahaja. Aisyah r.a berkata:



كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ.
Aku sama sekali tidak pernah melihat Rasulullah s.a.w menyempurnakan puasa sebulan melainkan di bulan Ramadan dan aku tidak pernah melihatnya lebih banyak berpuasa melainkan pada bulan Sya’ban. (riwayat Imam al-Bukhari, no: 1969.)


Pada bulan Muharram ini juga terdapat hari yang digelar sebagai Asyura iaitu hari di mana Nabi Musa a.s. dan pengikutnya diselamatkan oleh Allah S.W.T. dari tentera Fir’aun.




قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَالْيَهُودُ تَصُومُ عَاشُورَاءَ فَقَالُوا: هَذَا يَوْمٌ ظَهَرَ فِيهِ مُوسَى عَلَى فِرْعَوْنَ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لأَصْحَابِهِ أَنْتُمْ أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصُومُوا.
Nabi s.a.w. datang ke Madinah, dan dilihatnya orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Menurut mereka: Ini hari baik di saat mana Allah membebaskan Nabi Musa dari Fir’aun. Maka sabda Nabi s.a.w.: “Kamu lebih berhak terhadap Musa daripada mereka maka berpuasalah. (riwayat Imam al-Bukhari, no: 4680.)


Melalui hadith di atas ini juga dapat kita fahami bahawa amal ibadah khusus sempena hari Asyura yang diiktiraf oleh Rasulullah s.a.w. adalah ibadah puasa. Disunnahkan juga untuk menambahkan puasa pada hari Asyura tersebut dengan berpuasa sehari sebelum ataupun sehari sesudahnya. Rasulullah s.a.w. memerintahkan hal ini bertujuan untuk menyelisihi amalan orang Yahudi. Rasulullah s.a.w. bersabda:



صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا.
Berpuasalah kalian pada hari Asyura dan berselisihlah dengan orang Yahudi di dalamnya, dan berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.(riwayat Imam Ahmad, no: 2047)
.
Kemunculan bulan Muharram sebagai bulan pertama bagi kalendar umat Islam sentiasa dihiasai dengan beberapa amal ibadah tertentu. Upacara-upacara tersebut bermula pada hari terakhir bulan Dzulhijjah iaitu diambang menjelangnya 1 Muharram. Umat Islam digalakkan untuk berpuasa pada hari terakhir bulan Dzulhijjah dan membaca doa akhir tahun selepas solat Asar. Seterusnya setelah menjelangnya 1 Muharram iaitu selepas solat Maghrib dibaca pula doa awal tahun, bacaan Surah Yassin, zikir-zikir tertentu malah ada juga yang mengerjakan solat sunat sempena 1 Muharram dan berpuasa pada siang harinya.


Sebenarnya kesemua amalan-amalan yang disebutkan di atas atau apa jua amalan sempena tibanya tahun baru hijrah tidak memilki dalil-dalil yang sah daripada Rasulullah s.a.w. bahkan para Imam-Imam mazhab seperti Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan Ahmad r.h juga tidak pernah mengamalknnya. Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. tidak pernah menyambut kehadiran bulan Muharram atau kedatangan tahun baru dengan upacara yang tertentu. Kalendar Hijrah juga tidak wujud pada zaman Rasulullah kerana ianya hanya diperkenalkan pada zaman pemerintahan ‘Umar al-Khaththab r.a iaitu tujuh tahun setelah baginda wafat. ‘Umar yang memperkenalkan kalendar ini juga tidak pernah melakukan atau menganjurkan upacara terterntu sempena kedatangan tahun baru dan begitu juga para sahabat serta para al-Salafussoleh yang lain.



Adapun hadis-hadis yang dijadikan hujjah oleh golongan yang melakukan amalan tertentu sempena kedatangan tahun baru merupakan hadis-hadis lemah (dha’if) dan palsu (mawdhu’). Antara hadis-hadis tersebut adalah:



Daripada Ibn ‘Abbas, dia berkata: Telah bersabda Rasulullah s.a.w.: 
Barangsiapa berpuasa pada hari akhir bulan Zulhijjah dan hari pertama di bulan Muharam, maka sesungguhnya dia telah menghabiskan tahun yang lalu dan memulakan tahun baru dengan puasa yang Allah jadikannya sebagai penghapus dosanya lima puluh tahun”. Menurut Ibnul Jauzi di dalam al-Mawdhu’at bahawa hadis ini palsu (maudhu’)



Rasulullah s.a.w. bersabda: Barangsiapa berpuasa sembilan hari dari awal Muharram maka Allah membina untuknya sebuah kubah di udara yang luasnya satu batu persegi dan mempunyai empat buah pintu. Hadis ini adalah palsu (mawdhu’) menurut Ibnul Jauzi di dalam al-Mawdhu’aat dan Imam al-Suyuthi di dalam La’aali al-Mashnu’ah.



Setiap kali di ambang munculnya tahun hijrah yang baru seluruh media serta kebanyakan jabatan-jabatan atau majlis-majlis agama Islam di Malaysia menganjurkan untuk dibacakan bacaan doa akhir tahun dan doa awal tahun. Masjid-masjid diseluruh tanah air juga mengadakan upacara-upacara khas untuk membaca doa-doa awal dan akhir tahun itu. Lafaz doa tersebut adalah sepeti berikut:




Doa Akhir Tahun



Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Penyanyang, segala puji bagi Allah, Tuhan Pentadbir seluruh alam, Semoga Allah cucurkan rahmat dan sejahtera atas junjungan kami Nabi Muhammad s.a.w., serta keluarga dan sahabat-sahabat baginda sekalian. Ya Allah wahai Tuhan kami, perkara-perkara yang telah kami lakukan daripada perbuatan-perbuatan yang Engkau larang dalam tahun ini maka kami belum bertaubat daripadanya padahal Engkau tiada meredhainya dan Engkau memang tiada melupakannya (Tuhan tidak bersifat lupa) dan Engkau berlembut tiada mengazab kami malah memberi peluang supaya kami bertaubat selepas kami menceburkan diri melakukan maksiat itu. Maka kami sekalian memohon keampunan Mu. Ya Allah, ampunilah kami dan mana-mana perbuatan yang telah kami lakukan sepanjang tahun ini yang Engkau redhai dan yang telah Engkau janjikan ganjaran pahalanya. Maka kami mohon diperkenankan akan perbuatan (amal bakti) yang telah kami lakukan itu dan Engkau tidak menghampakan harapan kami. Ya Allah, Tuhan yang Maha Pemurah.

Doa ini hendaklah dibaca 3 kali pada akhirnya waktu Asar hari ke 29 atau 30 daripada bulan Dzulhijjah, maka barangsiapa membaca doa ini daripada waktu yang telah tersebut maka berkatalah syaitan kesusahanlah bagiku dan sia-sialah pekerjaanku pada setahun ini dibinasakan dengan satu saat jua dengan sebab membaca doa-doa ini maka diampuni Allah Ta’ala sekalian dosanya yang setahun ini.




Doa Awal Tahun



Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Penyanyang, segala puji bagi Allah, Tuhan Pentadbir seluruh alam, Semoga Allah cucurkan rahmat dan sejahtera atas penghulu kami Nabi Muhammad s.a.w., serta keluarga dan sahabat-sahabat baginda sekalian. Ya Allah, Engkaulah Tuhan yang kekal selama-lamanya, sedia ada, tiada permulaan. Kelebihan Mu maha besar dan kemurahan Mu sangat-sangat diharapkan. Tibalah sudah tahun baru, kami mohon kepada Mu agar terpelihara kami sekalian di dalam tahun baru ini daripada tipu daya syaitan-syaitan yang terlaknat juga dari kuncu-kuncunya syaitan dan bala tenteranya. Dan kami mohon daripada Mu akan pertolongan mengalahkan runtunan nafsu amarah (nafsu yang mendorong kepada kejahatan). Kami mohon juga kepada Mu ya Allah akan rasa sedia ingin membuat kerja-kerja kebajikan yang boleh mendampingkan diri kami kepada Mu. Ya Allah Tuhan yang Maha Agung lagi Mulia. Ya Allah Tuhan yang sebaik-baik yang mengurniakan rahmat.
Doa awal tahun iaitu hendaklah dibaca 3 kali setelah solat Maghrib pada malam 1 haribulan Muharram dan barangsiapa membaca ini maka bahawasanya syaitan berkata telah amanlah anak adam ini daripada aku barang yang tinggal dari umurnya pada ini tahun kerana bahawasanya Allah Ta’ala telah mewakilkan dua malaikat memelihara akan dia daripada fitnah syaitan.



Pada hakikatnya kedua-dua lafaz doa ini serta fadhilat yang ditetapkan itu tidak pernah wujud dalam mana-mana kitab-kitab hadis dan tidak ada juga hadis walaupun yang bertaraf lemah (dha’if) mahupun palsu (mawdhu’) yang mengkhabarkan tentangnya. Menurut Syeikh Jamaluddin al-Qasimi r.h doa ini ialah doa yang direka dan tidak berasal daripada Nabi s.a.w. tidak juga berasal daripada para sahabat, tabi’in dan tidak diriwayatkan dalam musnad-musnad sehinggakan ianya tidak wujud dalam kitab maudhu’at (iaitu kitab yang memuatkan hadis-hadis palsu). Doa ini hanya dicipta oleh syeikh jadi-jadian. Dan perkataan “berkatalah syaitan kesusahanlah bagiku dan sia-sialah pekerjaanku pada setahun ini dibinasakan dengan satu saat jua dengan sebab membaca doa-doa ini” merupakan suatu pembohongan yang sangat besar ke atas Allah dan Rasul-Nya.



Tetapi sekiranya sesiapa yang hendak membacanya tanpa beri'tiqad seperti yang ada di dalam fadhilat yang direka tersebut silakan, kerana ia termasuk di dalam keumuman doa, dan perlu diingat tidak ada upacara khas atau dibaca beramai-ramai (untuk membaca doa tersebut).


Hendaklah kita sentiasa berdoa memohon keampunan daripada Allah S.W.T., memohon perlindungan dari hasutan syaitan, memohon perlindungan dari mengerjakan perbuatan maksiat dan memohon agar kita sentiasa terbuka hati untuk mengerjakan amal-amal soleh. Menetapkan doa-doa tertentu, dibaca pada waktu tertentu dengan fadhilat-fadhilat yang tertentu tanpa perintah daripada Allah dan Rasul-Nya merupakan satu perbuatan mencipta hukum syarak yang baru dan perbuatan ini adalah diharamkan. Firman-Nya:


وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Dan bahawa sesungguhnya inilah jalan-Ku (agama Islam) yang betul lurus, maka hendaklah kamu menurutnya; dan janganlah kamu menurut menurut jalan-jalan (yang lain dari Islam), kerana jalan-jalan (yang lain itu) mencerai-beraikan kamu dari jalan Allah, Dengan yang demikian itulah Allah perintahkan kamu, supaya kamu bertaqwa. –(al-An’aam (6) : 153)

Selanjutnya Allah S.W.T. menegaskan lagi hal ini melalui firman-Nya:


فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Maka hadapkanlah dirimu ke arah agama yang jauh dari kesesatan; (turutlah terus) agama Allah, iaitu agama yang Allah menciptakan manusia (dengan keadaan bersedia dari semulajadinya-fitrah) untuk menerimanya; tidaklah patut ada sebarang perubahan pada ciptaan Allah itu; itulah agama yang betul lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (al-Rum (30) : 30)



Maksud melakukan perubahan terhadap ciptaan Allah dalam ayat di atas adalah mengubah agama Islam seperti menambah-nambah satu upacara ibadah yang tiada sandarannya dari al-Qur’an dan al-Sunnah iaitu dengan mengamalkan amalan bidaah seperti mengkhususkan amalan-amalan yang tertentu sempena kedatangan tahun baru hijrah. Adalah penting bagi kita untuk memastikan kesahihan sesuatu perkara berkaitan dengan amal ibadah sebelum kita mengamalkannya. Ini adalah kerana setiap amal ibadah yang tidak didirikan atas dalil-dalil yang sah maka ianya terbatal. Ini sebagaimana sabda Rasulullah:




مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ.

Barangsiapa yang mengada-adakan di dalam urusan kami (iaitu di dalam perkara berkaitan agama) apa-apa yang tidak ada padanya, maka tertolaklah ia.” (Hadis riwayat Imam al-Bukhari, no: 2697)




مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.
Barangsiapa yang melakukan satu amal yang bukan dari suruhan kami (iaitu di dalam perkara berkaitan agama), maka tertolaklah ia. (Hadis riwayat Imam Muslim, no: 1718)


Sekiranya sesuatu ibadah itu tidak wujud pada zaman Rasulullah s.a.w. seperti ibadah tertentu sempena kedatangan bulan Muharram ini pada hakikatnya ia bukan sebahagian dari agama pada masa itu. Sekira ianya bukan sebahagian dari agama pada zaman Rasulullah s.a.w. maka sehingga kini ibadah itu juga dianggap tidak termasuk sebahagian dari Islam. Imam Malik r.h berkata:



Sesiapa yang membuat bidaah dalam Islam dan menganggapnya baik (hasanah) maka dia telah mendakwa Muhammad s.a.w. mengkhianati risalah. Ini kerana Allah telah berfirman:


الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
Pada hari ini aku telah sempurnakan agama kamu. - al-Maaidah (5) : 3

Apa yang pada hari tersebut bukan sebahagian dari agama, maka ia tidak menjadi sebahagian dari agama pada hari ini. – Diriwayatkan oleh Imam al-Syathibi di dalam al-I’tishom, jilid 1, ms. 49

oleh Ustaz Mohd Yaakub bin Mohd Yunus
Dikemas kini oleh pihak WADi


- Amal Dengan Ilmu -

WADi

Sabtu, 19 November 2011

Sticky Post : Summer Camp Remaja IQ 2011

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Apa khabar semua di luar sana? Mudah-mudahan kita semua dalam rahmat, taufik dan hidayah Allah hendaknya, insyaAllah. Cuti sekolah akan bermula tidak lama lagi dan sepanjang cuti yang panjang, adalah lebih baik ia diisi dengan sesuatu yang bermanfaat. Sudah pasti program berlandaskan syara' adalah yang terbaik untuk anda bukan?. Apa kata anda mengikut program Summer Camp Remaja IQ 2011. Di samping dapat merehatkan minda, anda juga dapat menambah ilmu pengetahuan, ilmu Agama yang semestinya penting dan utama, menjalin ukhuwwah dan persahabatan dengan teman-teman baru serta mengecap pengalaman yang indah dalam program ini. Berikut adalah poster dan maklumat yang berkaitan. 

Tarikh tutup daftar 18/11/2011

Cepat, cepat, cepat!!!!!!





Tunggu Apa Lagi????

Jom Ramai-Ramai pergi ye, insyaAllah..




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Makluman dari (WADi)


1. Selamat datang ke Laman WADi

2. Laman WADi adalah laman berbentuk ilmu pelbagai namun lebih menjurus kepada keagamaan.

3. Metod penulisan berdasarkan pelbagai sumber.Sumber utama adalah Al-Quran, Al-Hadith, Athar, dan Ijmak ulama' .

4. Pelawat bebas untuk follow atau tidak blog ini.

5. Pelawat dibenarkan untuk menjadikan WADi sebagai bloglist anda jika bermanfaat.

6. Anda dibenarkan untuk mengambil mana-mana artikel dan penulisan WADi dengan memberi kredit kepada WADi. Jika itu membuatkan anda berasa keberatan (memberi kredit kepada WADi, maka anda tidak perlu berbuat demikian). Asalkan ilmu itu sampai kepada semua. Terpulang kredibiliti anda sebagai penulis.

7. Tidak ada copyright di WADi, apa yang ditulis disini adalah untuk disampaikan. Ilmu itu milik Allah.

8. Penulis merupakan insan biasa yang banyak kesilapannya termasuk ketika menulis. Jika anda terjumpa sebarang kekeliruan, kesilapan berkaitan permasalahan hukum, dalil, hadith, atsar dan sebagainya , sila maklumkan WADi melalui email. Teguran secara baik amat kami hargai.

9. Hubungi saya melalui email : addien90@yahoo.com

10. Selamat membaca, menimba ilmu dan menyebarkan ilmu.

Klik Klik