Cari Entri WADi

Memaparkan catatan dengan label Wanita. Papar semua catatan
Memaparkan catatan dengan label Wanita. Papar semua catatan

Rabu, 27 Jun 2012

Ancaman Rasulullah Terhadap Pemakaian Wanita Islam



السلام عليكم





Zaman ini sangat berbeza dengan zaman Islam dulu kala. Zaman kegemilangan yang disebut "Zaman Keemasan Islam". Ketika itu syariat Allah begitu kukuh dan ampuh di hati dan sanubari ummah. Agama dirasakan begitu dekat pada diri seorang Muslim. Para Muslimah ketika itu pula adalah muslimah yang sejati, yang amat menjaga maruah dan kehormatan diri. Namun di zaman ini semua itu tampak sirna. Sekarang para wanita sudah ramai membuka aurat. Bukan hanya kepala yang dibuka atau lengan, yang di mana kedua bagian ini wajib ditutupi. Namun, sekarang ini sudah banyak yang berani menampakkan betis dan paha secara terang-terangan atau dengan menampakkan bentuknya melalui pakaian yang ketat lagi sendat.

Keadaan muslimah hari ini begitu parah. Saat ajaran Islam ditinggalkan, dipisahkan dari kehidupan, lalu hadirlah pengaruh luar dari musuh-musuh Islam menambahkan barah kepada ummat Islam.Kedatangan budaya kuning memberi impak yang begitu besar kepada muslim, lebih-lebih lagi terhadap sasaran utama mereka iaitu kaum hawa. Aspek pemakaian yang begitu ketara sekali jika dilihat pada hari ini. Jarum halus dari negara kuffar membawa revolusi dalam pakaian-pakaian wanita seluruh dunia. Jadi tidak hairanlah umat Islam juga menerima kesan yang sama. 

Benarlah sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا


“Akan ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti bonggol unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian (jarak yang amat jauh).” (Riwayat Muslim no. 2128)


Hadith ini merupakan tanda mukjizat kenabian. Ia menggambarkan kejadian yang berlaku di masa hadapan, jauh dari zaman Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat hingga ia tidak terbayang di akal fikiran mereka. Kedua golongan ini sudah ada di zaman kita saat ini. Hadith ini sangat mencela dua golongan semacam ini. Kerosakan seperti ini tidak muncul di zaman Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam karena sucinya zaman beliau, namun kerusakan ini baru terjadi setelah masa beliau hidup (Lihat Syarah Muslim, 9/240 dan Faidul Qodir, 4/275).


Kasiyatun ‘Ariyatun ( كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ )


An Nawawi dalam Syarh Muslim ketika menjelaskan hadith di atas mengatakan bahwa ada beberapa makna kasiyatun ‘ariyatun


1. Wanita yang mendapat nikmat Allah, namun enggan bersyukur kepada-Nya. 

2. Wanita yang mengenakan pakaian, namun kosong dari amalan kebaikan dan tidak mau mengutamakan akhiratnya serta enggan melakukan ketaatan kepada Allah. 

3. Wanita yang menyingkap sebagian anggota tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud wanita yang berpakaian tetapi telanjang. 


4. Wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)


Pengertian yang disampaikan Imam An-Nawawi di atas, ada yang bermakna konkrit dan ada yang bermakna maknawi (abstrak). Begitu pula dijelaskan oleh ulama lainnya sebagai berikut:

Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah mengatakan, “Makna kasiyatun ‘ariyatun adalah para wanita yang memakai pakaian yang tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian tersebut belum menutupi (anggota tubuh yang wajib ditutupi dengan sempurna). Mereka memang berpakaian, namun pada hakikatnya mereka telanjang.” (Jilbab Al Mar’ah Muslimah, 125-126)

Al-Munawi dalam Faidul Qodir mengatakan mengenai makna kasiyatun ‘ariyatun, “Hakikatnya memang wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya dia telanjang. Karena wanita tersebut mengenakan pakaian yang nipis sehingga dapat menampakkan kulit dan bentuk tubuhnya. Makna lainnya adalah dia menampakkan perhiasannya, namun tidak mahu mengenakan pakaian takwa. Makna lainnya adalah dia mendapatkan nikmat, namun enggan untuk bersyukur pada Allah. Makna lainnya lagi adalah dia berpakaian, namun kosong dari amalan kebaikan. Makna lainnya lagi adalah dia menutup sebagian badannya, namun dia membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutupi) untuk menampakkan keindahan dirinya.” (Faidul Qodir, 4/275)

Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibnul Jauzi. Beliau mengatakan bahwa makna kasiyatun ‘ariyatun ada tiga makna. 


1. Wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita seperti ini memang memakai jilbab, namun sebenarnya dia telanjang. 

2. Wanita yang membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutup). Wanita ini sebenarnya telanjang. 


3. Wanita yang mendapatkan nikmat Allah, namun kosong dari syukur kepada-Nya. 

(Kasyful Musykil min Haditsi Ash Shohihain, 1/1031) 


Kesimpulannya adalah kasiyatun ‘ariyat ialah wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya dan wanita yang membuka sebagian aurat yang wajib dia tutup.


Tidakkah Engkau Takut dengan Ancaman Ini?

Lihatlah ancaman Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam. Memakaian pakaian tetapi sebenarnya telanjang, dikatakan oleh Rasulullah saallallahu ‘alaihi wasallam:


 لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

“wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (Riwayat Muslim no. 2128)

Perhatikanlah saudariku, ancaman ini bukanlah ancaman biasa. Perkara ini bukan perkara remeh-temeh yang boleh diabaikan. Dosanya bukan hanya dosa kecil. Lihatlah ancaman Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam di atas. Bukan sahaja wanita seperti ini dikatakan tidak akan masuk surga bahkan bau surga saja tidak akan diciumnya walaupun jarak bau syurga itu sudah dapat dihidu dari jarak yang sangat jauh. Tidakkah anda wahai Kaum Hawa, Wahai Muslimah, Wahai wanita Islam takut dengan ancaman seperti ini?

An Nawawi rahimahullah menjelaskan maksud sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam: ‘wanita tersebut tidak akan masuk surga’. Inti dari penjelasan beliau rahimahullah

Jika wanita tersebut menghalalkan perbuatan ini yang sebenarnya haram dan dia pun sudah mengetahui keharaman hal ini, namun masih menganggap halal untuk membuka anggota tubuhnya yang wajib ditutup (atau menghalalkan memakai pakaian yang nipis), maka wanita seperti ini kafir, kekal dalam neraka dan dia tidak akan masuk syurga selamanya.  Dapat kita maknakan juga bahwa wanita seperti ini tidak akan masuk surga untuk pertama kalinya. Jika memang dia ahlu tauhid (seseorang yang benar akidahnya), dia nantinya juga akan masuk syurga. Wallahua'lam. (Lihat Syarah Muslim, 9/240)

Jika ancaman ini telah jelas, lalu kenapa sebagian wanita masih membuka auratnya di khalayak ramai dengan memakai pakaian yang menampakkan tubuhnya? Kenapa mereka begitu senangnya memamerkan betis,paha dan dada di hadapan orang lain? Kenapa mereka masih senang memperlihatkan rambut yang wajib ditutupi? Kenapa mereka masih menampakkan telapak kaki yang juga harus ditutupi? Kenapa pula masih memperlihatkan leher?!


Sadarlah, wahai saudariku! Bangkitlah dari kemalasanmu! Taatilah Allah dan Rasul-Nya! Mulailah dari sekarang untuk berubah diri menjadi yang lebih baik .... InsyaAllah.




والله أعلمُ بالـصـواب



Khamis, 1 Mac 2012

Biografi Khadijah binti Khuwailid


السلام عليكم


Beliau adalah Khadijah binti Khuwailid, seorang wanita yang hidup dan besar di lingkungan Suku Quraisy dan lahir dari keluarga yang terhormat pada 15 tahun sebelum Tahun Gajah. Ramai pemuda Quraisy ingin menikahinya. Sebelum menikah dengan Rasulullah, Khadijah pernah dua kali menikah. Suami pertama Khadijah adalah Abu Halah at-Tamimi, yang wafat dengan meninggalkan kekayaan yang banyak, juga jaringan perniagaan yang luas dan berkembang. Pernikahan kedua Khadijah adalah dengan Atiq bin Aidz bin Makhzum, yang juga wafat dengan meninggalkan harta dan perniagaan. Dengan demikian, Khadijah menjadi orang terkaya di kalangan suku Quraisy. Khadijah adalah wanita pertama yang hatinya tersirami keimanan dan dikhususkan Allah untuk memberikan keturunan bagi Rasulullah s.a.w menjadi wanita pertama yang menjadi Ummahatul Mukminin, serta turut merasakan pelbagai kesusahan pada fasa awal penyebaran Islam kepada seluruh umat manusia.

Sayyidah Khadijah dikenal dengan julukan wanita suci sejak perkawinannya dengan Abu Halah dan Atiq bin Aidz karena keutamaan ãkhlak dan sifat terpujinya. Karena itu, tidak hairanlah jika kalangan Quraisy memberikan penghargaan dan berupa penghormatan yang tinggi kepadanya. Kekayaan yang berlimpahlah yang menjadikan Khadijah perlu berdagang. Akan tetapi, Khadijah merasa tidak mungkin jika sernua dilakukan tanpa bantuan orang lain. Tidak mungkin jika dia harus terjun langsung dalam berniaga dan bepergian membawa barang dagangan ke Yaman pada musim dingin dan ke Syam pada musim panas. Keadaan  itulah yang menyebabkan Khadijah mula mencari pekerja yang dapat menjaga amanah atas harta dan dagangannya. Untuk itu, pekernanya menerima upah dan bagian keuntungan sesuai dengan kesepakatan. Walaupun pekerjaan itu cukup sukar, bermodalkan kemampuan intelektual dan kecemelangan pikiran yang didukung oleh pengetahuan dasar tentang bisnes dan perdangangan, namun Khadijah mampu menghadapi orang-orang yang sudah lama dalam bidang ini. Itulah yang membuatkan perniagaannya bertambah maju.


Pertemuan Dengan Muhammad bin Abdullah

Dalam kalangan Kaum Quraisy, mereka tidak mengenal sesiapapun yang wara', takwa, dan jujur selain Muhammad bin Abdullah, yang sejak usia lima belas tahun telah diajak oleh Maisarah untuk menyertainya berdagang. Seperti biasanya, Maisarah menyertai Muhammad ke Syam untuk membawa dagangan Khadijah, karena memang keduanya telah sepakat untuk bekerja sama. Perniagaan mereka ketika itu memberikan keuntungan yang sangat banyak sehingga Maisarah kembali membawa keuntungan yang berlipat ganda. Maisarah mengatakan bahwa keuntungan yang mereka peroleh itu berkat Muhammad yang berniaga dengan penuh kejujuran. Maisarah menceritakan kejadian aneh selama melakukan perjalanan ke Syam dengan Muhammad. Selama perjalanan, dia melihat gulungan awan tebal yang senantiasa mengiringi Muhammad yang seolah-olah melindungi beliau dari sengatan matahari. Dia pun mendengar seorang rahib yang bernama Buhairah, yang mengatakan bahwa Muhammad adalah laki-laki yang akan menjadi nabi yang ditunggu-tunggu oleh orang Arab sebgaimana telah tertulis di dalam Taurat dan Injil.

Cerita-cerita tentang Muhammad itu meresap ke dalam jiwa Khadijah, dan pada dasarnya Khadijah pun telah merasakan adanya kejujuran, amanah, dan cahaya yang senantiasa menerangi wajah Muhammad. Perasaan Khadijah itu menimbulkan kecenderungan terhadap Muhammad di dalam hati dan pikirannya, sehingga dia menemui bapa saudaranya, Waraqah bin Naufal, yang dikenali sebagai seorang yang arif tentang orang- orang terdahulu. Waraqah mengatakan bahwa akan muncul nabi besar yang dinanti-nantikan manusia dan akan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya Allah. Penuturan Waraqah itu menjadikan niat dan kecenderungan Khadijah terhadap Muhammad semakin bertambah, sehingga dia ingin menikah dengan Muhammad. Setelah itu dia mengutus Nafisah, saudara perempuan Ya’la bin Umayyah untuk meneliti lebih jauh tentang Muhammad, sehingga akhirnya Muhammad diminta menikahi dirinya.

Ketika itu Khadijah berusia empat puluh tahun, namun dia adalah wanita dari golongan keluarga terhormat dan kaya raya, sehingga banyak pemuda Quraisy yang ingin menikahinya. Muhammad pun menyetujui permohonan Khadijah tersebut. Maka, dengan salah seorang pamannya, Muhammad pergi menemui paman Khadijah yang bernama Amru bin As’ad untuk meminang Khadijah.Allah menghendaki pernikahan hamba pilihan-Nya itu dengan Khadijah. Ketika itu, usia Muhammad baru menginjak dua puluh lima tahun, sementara Khadijah empat puluh tahun. Walaupun usia mereka terpaut sangat jauh dan harta kekayaan mereka pun tidak sepadan, pernikahan mereka bukanlah pernikahan yang aneh, karena Allah Subhanahu wa ta’ala telah memberikan keberkahan dan kemuliaan kepada mereka.

Khadijah adalah istri Nabi yang pertama.Mereka dikurniakan Allah beberapa orang cahaya mata sebagai penyambung keturunan mereka. Khadijah mernberikan cinta dan kasih sayang kepada Rasulullah s.a.w pada saat-saat yang sulit dan tindak kekerasan dan kekejaman datang dari saudara-mara mereka. Bersama Khadijah, Rasulullah s.a.w mernperoleh perlakuan yang baik serta rumah tangga yang tenteram damai, dan penuh cinta kasih, setelah sekian lama beliau merasakan pahitnya menjadi anak yatirn piatu dan miskin.

Khadijah melahirkan dua orang anak laki-laki, yaitu Qasim dan Abdullah serta empat orang anak perempuan, yaitu Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum dan Fatimah. Seluruh putera dan puterinya lahir sebelum masa kenabian, kecuali Abdullah. Karena itulah, Abdullah kemudian dijuluki ath-Thayyib (yang baik) dan ath-Thahir (yang suci). Zainab banyak rnenyerupai ibunya. Setelah besar, Zainab dinikahkan dengan anak makciknya, Abul Ash ibnur Rabi’. Pernikahan Zainab ini merupakan peristiwa pertama Rasulullah rnenikahkan putrinya, dan yang terakhir beliau menikahkan Ummu Kultsum dan Ruqayah dengan dua putra Abu Lahab, yaitu Atabah dan Utaibah. Ketika Nabi s.a.w diutus menjadi Rasul, Fathimah az-Zahra, putri bongsu beliau rnasih kecil.


Saat Rasulullah s.a.w Diangkat Menjadi Rasul

Suatu ketika, seperti biasanya beliau uzlah (menyendiri) di Gua Hira,dan ketika itu adalah dalam bulan Ramadhan. Beliau sangat gementar ketika mendengar suara ghaib Malaikat Jibril memanggil beliau. Malaikat Jibril menyuruh beliau membaca, namun beliau hanya menjawab, “Aku tidak tahu membaca.” Akhirnya, Malaikat Jibril mendekati dan memeluk beliau ke dadanya, seraya berkata, “Bacalah, wahai Muhammad!” Ketika itu Muhammad sangat bingung dan ketakutan, seraya menjawab, “Aku tidak tahu membaca.” Mendengar itu, Malaikat Jibril mempererat dakapannya, dan berkata, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Dia mengajari manusia dengan perantaraan pena. Dia mengajarkan segala sesuatu yang belum mereka ketahui.” Rasulullah Muhammad mengikuti bacaan tersebut. Keringat deras mengucur dari seluruh tubuhnya sehingga beliau ketakutan dan tidak menemukan jalan menuju rumah. 

Khadijah melihat beliau dalam keadaan ketakutan seperti itu, kemudian memapahnya ke rumah, serta berusaha menghilangkan ketakutan dan kekhawatiran yang memenuhi dadanya. “Berilah aku selimut, Khadijah!” Beberapa kali beliau meminta istrinya menyelimuti tubuhnya. Khadijah memberikan ketenteraman kepada Rasulullah dengan segala kelembutan dan kasih sayang sehingga beliau merasa tenteram dan aman. Beliau tidak terus menceritakan kejadian yang menimpa dirinya kepada Khadijah kerana bimbang Khadijah menganggapnya sebagai ilusi atau khayalan beliau belaka.

Setelah rasa takut beliau hilang, Rasulullah s.a.w pun menceritakan peristiwa yang baru dialaminya. Khadijah mendengarkan cerita suaminya dengan penuh minat dan mempercayai semuanya, sehingga Rasulullah s.a.w. merasa bahwa isterinyaseperti sudah mengetahu kejadian itu. Sebenarnya dari awal lagi Khadijah telah yakin bahwa suaminya akan menerima amanat Allah Yang Maha Besar untuk seluruh alam semesta. Kejadian tersebut merupakan awal kenabian dan tugas Muhammad menyampaikan amanat Allah kepada manusia. Hal itu pun merupakan babak baru dalam kehidupan Khadijah yang dengannya dia harus mempercayai dan meyakini ajaran Rasulullah Muhammad, sehingga Rasulullah mengatakan, “Aku rnengharapkannya menjadi benteng yang kuat bagi diriku.”

Di sinilahjelas kelihatan peribadi serta kematangan dan kebijaksanaan pemikiran Khadijah. Khadijah telah mencapai darjat yang tinggi dan sempurna, yang belum pernah dicapai oleh wanita mana pun sebelum itu. Dia telah berkata kepada Rasulullah s.a.w, “Demi Allah, Allah tidak akan menyia nyiakanrnu Engkau selalu menghubungkan silaturahim, berbicara benar, memikul beban orang lain, menolong orang papa, menghorrnati tamu, dan membantu meringankan derita dan musibah orang lain.”

Setelah Rasulullah merasa tenteram dan dapat tidur dengan tenang, Khadijah mendatangi anak saudarannya, Waraqah bin Naufal, yang tidak terpengaruh dengan tradisi jahiliah kaum Quraisy. Khadijah menceritakan kejadian yang dialami suaminya. Mendengar cerita mengenai Rasulullah, Waraqah berseru, “Maha Mulia…Maha Mulia…. Demi yang jiwa Waraqah dalam genggaman-Nya, kalau kau percaya pada ucapanku, maka apa yang diihat Muhammad di Gua Hira itu merupakan suratan yang turun kepada Musa dan Isa sebelumnya, dan Muhammad adalah nabi akhir zaman, dan namanya tertulis dalam Taurat dan Injil.” Mendengar kabar itu, Khadijah segera menemui suaminya dan menyampaikan apa yang dikatakan oleh Waraqah.


Pengorban Khadijah Dalam Dakwah Rasulullah s.a.w

Setelah berdakwah secara sembunyi- embunyi, turunlah perintah Allah kepada Rasulullah untuk memulai dakwah secara terang-terangan. Oleh itu, datanglah beliau ke tengah-tengah umat seraya berseru lantang, “Allahu Akbar, Allahu Akbar… Tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, Dia tidak melahirkan, juga tidak dilahirkan.” Seruan beliau sangat aneh terdengar di telinga orang-orang Quraisy. Rasulullah  memanggil manusia untuk beribadah kepada Tuhan yang satu, bukan Laata, Uzza, Hubal, Manat, serta tuhan-tuhan lain yang mernenuhi pelataran Ka’bah. Tentu saja mereka terkejut dengan seruan itu lalu menolak, mencaci maki, bahkan tidak segan-segan menyiksa Rasulullah. Setiap jalan yang beliau lalui ditaburi kotoran haiwan dan duri.

Khadijah tampil mendampingi Rasulullah dengan penuh kasih sayang, cinta, dan kelembutan. Wajahnya senantiasa membiaskan keceriaan, dan bibirnya meluncur kata-kata jujur. Setiap kegundahan yang Rasulullah lontarkan atas perlakuan orang-orang Quraisy selalu didengarkan oleh Khadijah dengan penuh perhatian untuk kemudian dia memotivasi dan rnenguatkan hati baginda. Bersama Rasulullah, Khadijah turut menanggung kesulitan dan kesedihan, sehingga tidak jarang dia harus memendam perasaan agar tidak terli hat pada muka dan mengganggu perasaan suaminya. Yang keluar adalah tutur kata yang lemah lembut sebagai  penyejuk dan penawar hati.

Orang yang paling keras menyakiti Rasulullah adalah bapa saudaranya beliau sendiri, Abdul Uzza bin Abdul Muthalib, yang lebih dikenal dengan sebutan Abu Lahab, beserta istrinya, Ummu Jamil. Mereka memerintah anak-anaknya untuk memutuskan pertunangan dengan kedua putri Rasulullah, Ruqayah dan Ummu Kultsum. Walaupun begitu, Allah telah menyediakan pengganti yang lebih mulia, yaitu Uthman bin Affan bagi Ruqayah.

Setelah berbagai upaya gagal dilakukan untuk menghentikan dakwah Rasulullah s.a.w, baik itu berupa rayuan, dan penyiksaan, kaum Quraisy memutuskan untuk memboikot dan mengepung kaum muslimin dan menulis deklarasi yang kemudian digantung di pintu Ka’bah agar orang-orang Quraisy memboikot kaum muslimin, termasuk Rasulullah, istrinya, dan juga saudaranya. Mereka diboikot oleh kaum Quraisy dalam bentuk  pengangkutan, komunikasi, dan keperluan sehari-hari lainnya.

Dalam keadaan seperti itu, Rasulullah dan istrinya dapat bertahan, walaupun fizikalnya sudah tua dan lemah. Ketika itu kehidupan Khadijah sangat jauh dan kehidupan sebelumnya yang bergelimang dengan kekayaan, kemakmuran, dan ketinggian derajat. Khadijah rela didera rasa haus dan lapar dalam mendampingi Rasulullah s.a.w. dan kaum muslimin. Dia sangat yakin bahawa tidak lama lagi pertolongan Allah akan datang. Keluarga mereka yang lain, sekali-kali dan secara sembunyi-sembunyi, mengirimkan makanan dan minuman untuk mempertahankan hidup. Pemboikotan itu berlangsung selama tiga tahun, tetapi tidak sedikit pun menggoyahkan akidah mereka, bahkan yang mereka rasakan adalah bertambah kukuhnya keimanan dalam hati. Dengan demikian, usaha kaum Quraisy telah gagal, sehingga mereka mengakhiri pemboikotan dan membiarkan kaum muslimin kembali ke Mekah. Rasulullah s.a.w pun kembali menyeru nama Allah Yang Mulia dan melanjutkan jihad beliau.


Wafatnya Khadijah binti Khuwailid

Sayyidah Khadijah sakit kuat akibat beberapa tahun menderita kelaparan dan kehausan karena pemboikotan itu. Semakin hari, keadaan badannya semakin menurun, sehingga Rasulullah s.a.w semakin sedih. Bersama Khadijahlah baginda membangun kehidupan rumah tangga yang bahagia. Dalam sakit yang tidak terlalu lama, dalam usia enam puluh lima tahun, Khadijah meninggal,selepas meninggalnya Abu Thalib. Khadijah dikuburkan di dataran tinggi Mekah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun. Rasulullah s.a.w sendiri yang mengurus jenazah istrinya, dan kalimat terakhir yang beliau ucapkan ketika melepas kepergiannya adalah: “Sebaik-baik wanita penghuni surga adalab Maryam binti Imran dan Khadijah binti Khuwailid.”

Khadijah meninggal setelah mendapatkan kemuliaan yang tidak pernah dimiliki oleh wanita lain, Dia adalah Ummul Mukminin isteri Rasulullah yang pertama, wanita dan orang pertama yang mempercayai dan membenarkan risalah Rasulullah, dan wanita pertama yang melahirkan putera-puteri Rasulullah. Dia merelakan harta benda yang dimilikinya untuk kepentingan jihad di jalan Allah. Dialah orang pertama yang mendapat khabar gembira bahwa dirinya adalah ahli syurga. Kenangan terhadap Khadijah senantiasa lekat dalam hati Rasulullah sampai beliau wafat. Semoga rahmat Allah senantiasa menyertai Sayyidah Khadijah binti Khuwailid dan semoga Allah memberinya tempat yang layak di sisi-Nya. Amin.


والله أعلمُ بالـصـواب

Isnin, 20 Februari 2012

Darah Haid, Nifas dan Istihadah



السلام عليكم


Haid adalah darah yang semestinya dikenali para wanita mahupun lelaki. Tidak ada batasan tentang waktu maksima dan minimanya dalam syari’at. Kesemuanya bergantung kepada kebiasaan yang dialami oleh wanita masing-masing. Sedangkan nifas adalah darah yang keluar karena melahirkan anak. Batasan maksimanya adalah selama empat puluh hari.

Dari Ummu Salamah Radhiyallahuanhuma, ia berkata:

كَانَتِ النُّفَسَاءُ تَجْلِسُ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا.

“Dulu para wanita yang nifas pada masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menahan diri selama empat puluh hari.” (Hasan Sahih: [Sahih Sunan Ibni Majah (no. 530)], Sunan Abi Dawud ('Aunul Ma’buud) (I/501 no. 307), Sunan at-Tirmidzi (I/92 no. 139), dan Sunan Ibni Majah (I/213 no. 648).)

Jika ia melihat dirinya telah suci dengan terhentinya darah sebelum empat puluh hari, maka dia harus mandi dan saat itu ia telah suci. Namun, jika darahnya terus mengalir setelah empat puluh hari, maka dia harus mandi pada hari keempat puluh dan ia suci ketika itu.


Hal-Hal Yang Dilarang Bagi Wanita Yang Sedang Haidh Dan Nifas

Wanita yang sedang haid dan nifas dilarang melakukan hal yang dilarang bagi orang yang berhadas. Selain itu juga dilarang:

1. Puasa dan Solat : Dia wajib qadha (ganti) puasa jika telah selesai/suci.

Dari Mu'adzah, dia berkata, “Aku bertanya kepada ‘Aisyah, 'Kenapa para wanita yang haid diwajibkan mengqadha puasa dan tidak mengqadha solat?' Dia berkata, 'Ketika kami haid dalam masa Rasulullah s.a.w, kami disuruh mengqadha puasa dan tidak disuruh mengqadha solat.'" (Muttafaq'alaih)


2. Bersetubuh pada kemaluan (penetrasi kemaluan).Berdasarkan firman Allah s.w.t:


وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ ۖ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah, ‘Haid itu adalah suatu kotoran.’ Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (Al-Baqarah: 222).


Dan sabda Rasulullah s.a.w :

اِصْنَعُوْا كُلَّ شَيْءٍ إِلاَّ النِّكَاحَ.

"Berbuatlah sesuka hatimu, kecuali bersetubuh." ( Sahih: [Sahih Sunan Ibni Majah (no. 527)], Sahih Muslim (I/246 no. 302), Sunan Abi Dawud ('Aunul Ma’buud) (I/439 no. 255), Sunan at-Tirmidzi (IV/ 282 no. 4060), Sunan Ibni Majah (I/211 no. 644), dan Sunan an-Nasa-i (I/152))


 Hukum Suami Yang Menyetubuhi Isterinya Yang Sedang Haid

Berkata al-Imam an-Nawawi r.a  dalam kitab Syarah Muslim (III/204): 

“Jika seorang muslim meyakini halalnya menyetubuhi wanita haidh pada kemaluannya, maka dia telah kafir dan murtad. Namun seseorang melakukannya tanpa meyakini kehalalannya, maka jika dia melakukannya karena lupa atau tidak tahu adanya darah haidh. Atau dia tidak tahu keharamannya atau dia dipaksa, maka dia tidak berdosa dan tidak pula wajib membayar kaffarat. Jika dia sengaja menyetubuhinya dan mengetahui adanya darah haidh serta haramnya perbuatan ini tanpa ada paksaan, maka dia telah melakukan dosa besar. Asy-Syafi'i menetapkannya sebagai dosa besar dan wajib baginya untuk bertaubat. Tentang wajibnya kaffarat, terdapat dua pendapat.”

 “Pendapat yang rajih(kuat) adalah wajib membayar kaffarat.”

Berdasarkan hadith Ibnu 'Abbas r.a, dari Rasulullah s.a.w tentang seseorang yang menyetubuhi isterinya yang sedang haid. Baginda bersabda:

يَتَصَدَّقُ بِدِيْناَرٍ أَوْ نِصْفِ دِيْناَرٍ.

“Dia wajib bersedekah sebanyak satu dinar atau setengah dinar.” (Sahih: [Sahih Sunan Ibni Majah (no. 523)], Sunan Abi Dawud ('Aunul Ma’buud) (I/445 no. 261), Sunan an-Nasa-i (I/153), Sunan Ibni Majah (I/210 no. 640).

Diperbolehkannya memilih dalam hadith tersebut kembali pada pembezaan antara permulaan keluarnya darah dan akhirnya. Berdasarkan riwayat dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu anhuma secara mauquf : 

“Jika dia melakukannya pada permulaan keluarnya darah, maka dia harus bersedekah dengan satu dinar. Dan jika pada akhir keluarnya, maka setengah dinar.”. (Shahih Mauquuf: [Shahiih Sunan Abi Dawud (no. 238)], Sunan Abi Dawud ('Aunul Ma’buud) (I/249 no. 262).)


Istihadah

Istihadah darah wanita yang keluar pada selain waktu haid dan nifas, atau yang bersambung dengan keduanya (tetapi bukan termasuk keduanya,). Jika darah tersebut keluar selain waktu haidh dan nifas, maka perkaranya jelas. Namun jika bersambung dengan haidh dan nifas, maka ketentuannya sebagai berikut: Jika seorang wanita memiliki kebiasaan, maka apa yang melebihi kebiasaannya adalah darah istihadah.

Berdasarkan sabda Nabi s.a.w pada Ummu Habibah:

امْكُثِيْ قَدْرَ مَا كَانَتْ تَحْبِسُكِ حَيْضَتُكِ ثُمَّ اغْتَسِلِيْ وَصَلِّي.

“Berdiamlah selama waktu haid yang biasa engkau jalani, kemudian mandi dan solatlah.” (Shahih: [Irwaa'ul Ghaliil (no. 202)] dan Shahiih Muslim (I/264 no. 334 (65)).)

Jika dia boleh membezakan antara kedua darah tersebut, maka darah haid adalah yang berwarna hitam sebagaimana dikenali. Sedangkan yang selain itu adalah istihadhah. Berdasarkan sabda Nabi s.a.w pada Fathimah binti Abi Hubaisy:

إِذَا كَـانَ دَمُ الْحَيْضِ فَإِنَّهُ أَسْـوَدُ مَعْرُوْفٌ، فَأَمْسِكِيْ عَنِ الصَّلاَةِ، فَإِذَا كَانَ اْلآخَرُ فَتَوَضَّئِيْ، فَإِنَّمَا هُوَ عِرْقٌ.

“Jika memang itu darah haidh, maka ia berwarna hitam sebagaimana dikenal. Maka tinggalkanlah shalat. Jika tidak seperti itu, maka berwudhulah. Karena ia adalah penyakit." (Shahih: [Irwaa'ul Ghaliil (no. 204)], Sunan an-Nasa-i (I/185), dan Sunan Abi Dawud ('Aunul Ma’buud) (I/470 no. 283).)

Jika ada seorang wanita yang baru baligh lalu mengalami istihadah sedangkan dia tidak mampu membezakannya, maka dikembalikan pada kebiasaan para wanita pada umumnya. Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w pada Hamnah binti Jahsyi:

إِنَّمَا هذِهِ رَكْضَةٌ مِنْ رَكَضَاتِ الشَّيْطَانِ، فَتَحَيَّضِيْ سِتَّةَ أَياَّمٍ أَوْ سَبْعَةً فِيْ عِلْمِ اللهِ ثُمَّ اغْتَسِلِيْ حَتَّـى إِذَا رَأَيْتِ أَنَّكِ قَدْ طَهُرْتِ وَاسْتَنْقَيْتِ فَصَلِّي أَرْبَعًا وَعِشْرِيْنَ لَيْلَةٍ أَوْ ثَلاَثاً وَعِشْرِيْنَ وَأَيَامَهُنَّ، وَصُوْمِيْ، فَإِنَّ ذلِكَ يُجْزِيْكِ، وَكَذلِكَ فَافْعَلِي فِي كُلِّ شَهْرٍ كَمَا تَحِيْضُ النِّسَاءُ وَكَمَا يَطْهُرْنَ لِمِيْقَاتِ حَيْضِهِنَّ وَطُهْرِهِنَّ.

“Ini adalah salah satu dorongan syaitan. Maka jalanilah haidhmu selama enam atau tujuh hari menurut ilmu Allah kemudian mandilah. Hingga jika kamu menganggap dirimu telah suci dan bersih, maka solatlah selama dua puluh empat malam atau dua puluh tiga hari. Dan berpuasalah, karena itu sudah mencukupimu. Lakukanlah seperti itu setiap bulan. Sebagaimana para wanita menjalani haid dan suci berdasarkan waktu haid dan suci mereka.”(Hadith Hasan: [Irwaa'ul Ghaliil (no. 205)], Sunan Abi Dawud ('Aunul Ma’buud) (I/ 475 no. 284), Sunan at-Tirmidzi (I/83 no. 128), dan Sunan Ibni Majah (I/205/ no. 627), secara makna yang sama.)


Hukum Berkaitan Wanita Istihadah

Disunnahkan baginya untuk mandi setiap akan solat. Tidak diharamkan bagi wanita yang istihadah hal-hal yang diharamkan seperti wanita haid. Hanya saja, dia wajib berwudhu' setiap akan solat.  Berdasarkan sabda Nabi s.a.w kepada Fathimah binti Abi Hubaisy:

ثُمَّ تَوَضَّئِي لِكُلِّ صَلاَةٍ.

"Kemudian berwudhulah pada setiap akan shalat.(Hadith Sahih: [Sahih Sunan Ibni Majah (no. 507)], Sunan Abi Dawud ('Aunul Ma’buud) (I/490 no. 195), dan Sunan Ibni Majah (I/204 no. 624).)




والله أعلمُ بالـصـواب



Khamis, 9 Februari 2012

[FATWA] Hukum Gugur Kandungan Bagi Mangsa Rogol



السلام عليكم





Jenayah rogol adalah suatu jenayah yang amat berleluasa dan ditakuti masyarakat Islam khususnya dan masyarakat agama lain khususnya. Bagi mangsa-mangsa yang telah diperlakukan sedemikian, maka akan terdengarlah khabar yang menjadi fitrah bagi wanita iaitu mengandung. Sungguhpun status anak dalam kandungan itu dianggap hina oleh masyarakat, namun di dalam Islam anak itu adalah mulia lagi suci. Sering kali juga wanita yang menghadapi situasi ini akan mengambil jalan pantas dengan menggugurkan kandungan atas sebab maruah, nama baik keluarga dan sebagainya. Apakah hukum dan fatwa yang telah dikeluarkan berkaitan isu ini?

Keputusan

Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia Kali Ke-52 yang bersidang pada 1 Julai 2002 telah membincangkan Hukum Menggugurkan Kandungan Mangsa Yang Dirogol. Muzakarah telah memutuskan bahawa:

Haram menggugurkan kandungan janin yang telah berumur lebih 120 hari kerana pengguguran itu dianggap satu jenayah bunuh ke atas janin yang telah ditiupkan roh kecuali pengguguran itu untuk menyelamatkan nyawa ibu. Pengguguran janin yang berumur sebelum 120 hari adalah harus sekiranya janin itu cacat dan berpenyakit yang teruk yang boleh membahayakan nyawa ibu.


Keterangan/Hujah: 

Mesyuarat Jawatankuasa Kabinet Bagi Membanteras Masalah Sosial Bil 1 Tahun 2000 pada 16 Mei 2000 telah menyarankan agar satu kajian dilaksanakan supaya kaedah pengguguran dapat digunakan bagi mengatasi masalah berkaitan Seksyen 9 Akta Perlindungan Wanita dan Gadis 1973 iaitu mengenai perlindungan kepada wanita hamil/gadis yang hamil di luar nikah.

Kes rogol membabitkan semua peringkat umur dengan mangsa paling muda berusia 10 bulan hingga wanita bergelar nenek. Perbandingan kumpulan usia di antara mangsa dan perogol menunjukkan mereka memilih mangsa yang lebih muda. Pada tahun 1997, 55.8% mangsa berusia bawah 16 tahun, manakala 97.5% perogol berusia 16 tahun ke atas.

Statistik turut mendedahkan pada tahun 1998, tempat kejadian rogol banyak berlaku di rumah dan bangunan iaitu 67% yang dikatakan selamat untuk mendapat perlindungan, 8% ditempat terpencil dan 12% berlaku di dalam semak dan estate. Sementara 16% kes yang dilaporkan membabitkan kejadian rogol oleh orang yang tidak dikenali, 84% mangsa mengenali perogol iaitu mengikut pecahannya 20% di kalangan ahli keluarga dan 64% membabitkan rakan, rakan sekerja dan majikan.

Menggugurkan kandungan selepas empat (4) bulan adalah haram. Ini telah disepakati oleh para ulama’, kerana membunuh jiwa seseorang tanpa hak yang dibenarkan oleh syarak kecuali kerana dharurat. Ini berdasarkan firman Allah S.W.T.:

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ ۖ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Maksudnya:

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan kepada kamu makan bangkai, darah, daging dan binatang yang tidak disembelih kerana Allah. Maka sesiapa terpaksa (memakannya kerana darurat) sedang ia tidak mengingininya dan tidak pula melampaui batas (pada kadar benda yang dimakan itu), maka tidaklah ia berdosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani”. (Surah al-Baqarah: ayat 173)


Di antara keuzuran yang diambilkira sebagai dharurat ialah:

1. Ketiadaan susu wanita selepas bersalin sedangkan anak sangat berhajat kepadanya dan tidak ada gantian lain.

2. Keadaan yang amat lemah menanggung bebanan kehamilan.

3. Keadaan si ibu yang bekerja yang terdedah dengan pelbagai mara bahaya.

4. Pengakuan daripada para doktor yang pakar yang menyatakan bahawa kehamilan tersebut membawa kepada bahaya.

5. Ibu mewarisi penyakit yang merbahaya dan kronik.

Manakala menggugurkan janin yang berumur antara 1 hari hingga 40 hari adalah makruh, sekiranya tidak mendatangkan bahaya pada ibu dan mendapat persetujuan daripada suami isteri. Ijmak Fuqaha’ juga berpendapat pengguguran janin yang berumur sebelum 120 hari adalah harus sekiranya janin itu menghadapi cacat dan penyakit yang teruk yang boleh membahayakan nyawa ibu.



والله أعلمُ بالـصـواب

Jumaat, 30 Disember 2011

[WANITA] Persoalan Hukum Merancang Kehamilan



Isu perancang kehamilan adalah sesuatu yang tidak asing lagi di zaman ini sekalipun di negara-negara Islam seperti di Malaysia. Dalam era serba moden ini manusia semakin bijak menyelusuri kehidupan dalam apa jua perkara termasuklah merancang keluarga sama ada untuk kebaikan atau untuk keburukan. Seperti yang hangat diperkatakan, kehamilan seseorang wanita boleh dirancang dengan menggunakan kaedah moden seperti pil perancang, suntikan, implanon dan sebagainya. Timbul persoalan apakah hukum merancang kehamilan bagi wanita? 

Terlebih dahulu meneliti apakah pandangan Islam terhadap perkara tersebut, marilah kita sama-sama memahami beberapa definasi dan pengenalan berikut :

1 - TANZIM AL-USRAH ( تنظيم الاأسرة ) : Ertinya : Merancang Keluarga , seperti dengan cara berjimak dengan isteri pada tarikh dan masa yang tertentu , ataupun dengan cara selainnya dengan tujuan untuk menyusun jadual kehamilan mengikut kehendak sepasang suami – isteri . Nama lain bagi Tanzim Al-Usrah ini ialah “ Tanzim An-Nasal “ ( تنظيم النسل ) yang bererti : Merancang Kelahiran . Ianya dilakukan menurut tempoh tertentu , bukannya secara kekal.

2 – TAHDID AN-NASAL ( تحديد النسل ) : Ertinya : Membatasi Kelahiran , seperti alat kelamin lelaki ataupun perempuan dimatikan fungsinya , sehingga tidak boleh menghasilkan sperma yang boleh menyebabkan seseorang zuriat itu lahir. Nama lain bagi proses ini ialah “ Tahdid Al-Usrah “ ( تحديد الأسرة ) yang bermakna : Membatasi Keluarga . Di dalam kitab-kitab Fiqh klasik , istilah untuk proses yang sama seperti ini dinamakan sebagai “ At-Taa’qim “ ( التعقيم ) ertinya : Proses Pemandulan . Kalau untuk binatang diertinkan sebagai : Proses Pengkasian . Proses pemandulan ini @ membatasi keturunan ini dilakukan untuk jangka masa yang kekal-abadi.

3 - ‘AZAL ( العزل ) : Proses menahan ataupun menghalang mani lelaki daripada masuk ke dalam rahim wanita , samada dengan cara menumpahkannya , ataupun dengan memakai kondom dan seumpamanya. Dilakukan agar wanita tersebut tidak hamil. 

..............................................................................................................


TANZIM AL-USRAH ( تنظيم الاأسرة ) : MERANCANG KELUARGA 

Walaupun Islam sememangnya mahukan umat yang ramai akan tetapi di dalam beberapa ketika, dibenarkan bagi sepasang suami-isteri itu untuk merancang keluarganya iaitu dengan menggunakan sistem di atas.

Tanzim Al-Usrah ini dibenarkan di atas sebab-sebab berikut :

1 – Agar si ibu mempunyai tempoh masa yang cukup untuk menghadapi anak yang akan datang dan tempoh untuk menyusui anak yang pertama itu sempurna selama dua tahun sebagaimana menurut ajaran Al-Quran Al-Karim. Selain itu, dengan menyusun jadual kehamilan bagi tempoh 2-3 tahun bagi setiap kehamilan , lebih memberikan kekuatan dan tenaga kepada si ibu.Lihat dan pelajari Firman Allah Ta’ala di dalam Surah Al-Baqarah , ayat 233.

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ ۖ لِمَنْ أَرَادَ أَن يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۚ وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَّهُ بِوَلَدِهِ ۚ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَٰلِكَ ۗ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَن تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗ وَإِنْ أَرَدتُّمْ أَن تَسْتَرْضِعُوا أَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُم مَّا آتَيْتُم بِالْمَعْرُوفِ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Dan ibu-ibu hendaklah menyusukan anak-anak mereka selama dua tahun genap iaitu bagi orang yang hendak menyempurnakan penyusuan itu; dan kewajipan bapa pula ialah memberi makan dan pakaian kepada ibu itu menurut cara yang sepatutnya. Tidaklah diberatkan seseorang melainkan menurut kemampuannya. Janganlah menjadikan seseorang ibu itu menderita kerana anaknya, dan (jangan juga menjadikan) seseorang bapa itu menderita kerana anaknya; dan waris juga menanggung kewajipan yang tersebut (jika si bapa tiada). kemudian jika keduanya (suami isteri mahu menghentikan penyusuan itu dengan persetujuan (yang telah dicapai oleh) mereka sesudah berunding, maka mereka berdua tidaklah salah (melakukannya). Dan jika kamu hendak beri anak-anak kamu menyusu kepada orang lain, maka tidak ada salahnya bagi kamu apabila kamu serahkan (upah) yang kamu mahu beri itu dengan cara yang patut. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, serta ketahuilah, sesungguhnya Allah sentiasa melihat akan apa jua yang kamu lakukan. (al-Baqarah:233)


2 – Jika si ibu itu lemah fizikalnya , tidak berupaya untuk selalu bersalin.

3 – Jika si ibu itu ataupun si bapa mempunyai “ penyakit keturunan “ yang boleh menjangkiti si anak yang bakal dilahirkan.

4 – Terdapatnya sebab-sebab ekonomi bagi sesebuah keluarga itu , seperti keadaan susah dan miskin . Perkara ini diistilahkan oleh ulama’ , khasnya oleh Hujjatul Islam , Imam Al-Ghazali (rh) sebagai : “ الخوف من الوقوع في الضيق بسبب كثرة الأولاد “ yang bermaksud : Bimbang terjerumus ke dalam lembah kesusahan disebabkan ramainya anak.

5 – Si ibu itu sememangnya mempunyai penyakit , dan jika dia beranak lagi, penyakit yang dideritai itu akan lambat sembuh , ataupun tidak sembuh ataupun anak yang bakal dilahirkan itu dalam keadaan yang amat sukar. 

Apabila terdapatnya salah-satu daripada sebab-sebab di atas , dan ianya disememangnya disahkan oleh orang yang ‘alim di dalam agama , dengan kerjasama daripada seorang pakar perubatan yang amanah , maka Tanzim Al-Usrah ini harus dilakukan menurut pandangan Islam.

............................................................................................


TAHDID AN-NASAL ( تحديد النسل ) MEMBATASI KELAHIRAN : 

Proses membatasi kelahiran ini dilakukan dengan cara memandulkan si suami ataupun si isteri agar mereka tidak lagi boleh menghasilkan zuriat di masa yang akan datang. Sama ada ianya dilakukan secara proses pembedahan , ataupun dengan mengambil jenis-jenis makanan tertentu dan seumpamanya.

Walaupun tiada nas yang jelas di dalam Al-Quran , mahupun Al-Hadits yang menyatakan mengenai HARAMNYA MEMBATASI KELAHIRAN ( PROSES PEMANDULAN ) seperti ini , akan tetapi majoriti ulama’ Islam menyatakan perkara itu sebagai HARAM dan DITEGAH OLEH SYARAK .

Namun minoriti ulama’ pula menyatakan bahawa ianya DIBENARKAN OLEH SYARAK berdalilkan firman Allah Ta’ala di dalam Surah Asy- Syura , ayat 50 :

أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَن يَشَاء عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ

Ertinya : “ Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada sesiapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa “ .

Daripada ayat di atas, maka minoriti ulama’ ini pun mengatakan : “ Jika Allah Ta’ala sendiri memang menciptakan sebahagian manusia itu ada yang mandul disebabkan ada hikmahnya, maka tidaklah salah jika sebahagian manusia itu juga boleh jadi mandul disebabkan ada maslahahnya ( kebaikannya ) “.

Dan sebahagian ulama’ Fiqh membenarkan proses pemandulan ini jika ada penyakit yang berhubungan dengan seks , akal ataupun diri , yang mana telah dikenal-pasti sebagai sakit yang berbahaya lagi tiada ubatnya dan penyakit itu pula boleh menjangkiti anak yang bakal dilahirkan lagi berbahaya.

Namun , setelah diambil-kira semua pendapat ulama’ di dalam hal ini , maka PENDAPAT YANG PALING MENEPATI KEHENDAK SYARIAT ISLAM ITU SENDIRI IALAH : HENDAKLAH DILAKUKAN PROSES PEMANDULAN INI BUAT SEMENTARA WAKTU SAHAJA , BUKANNYA UNTUK SELAMA-LAMANYA . KERANA INSYA-ALLAH ADA PENYAKIT BAGI SETIAP UBAT ITU – KECUALI PENYAKIT AS-SAM : MATI – Dan apabila ditemui ubat tersebut , maka proses pemandulan seperti ini sudah tidak lagi diperlukan. Dan kemungkinan juga , jika sesebuah keluarga itu susah , barangkali di kemudian hari kelak , setelah mereka dikurniakan rezeki daripada Allah Ta’ala secara berlimpah-ruah , di saat itu sudah tentu mereka sangat berhajat kepada zuriat yang ramai . Dan kalaulah mereka melakukan proses pemandulan yang kekal , sudah pasti mereka tidak akan memperolehi zuriat sendiri di kemudian hari. Apatah lagi , proses pemandulan yang bersifat kekal ini adalah satu kezaliman ke atas makhluk Allah Ta’ala yang mana kezaliman merupakan satu perkara yang sangat ditentang dan dilarang oleh Islam !. 


................................................................................................


‘AZAL ( العزل ) : MENAHAN SPERMA DARIPADA MASUK KE DALAM RAHIM


Perkara ini sendiri pernah berlaku di masa hidupnya Baginda Rasulullah s.a.w .

عَنْ جَابِرٍ قَالَ كُنَّا نَعْزِلُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَلَغَ ذَلِكَ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَنْهَنَا

Ertinya : “ Daripada Jabir r.a beliau berkata : Kami pernah melakukan Al-‘Azal di zaman Rasulullah s.a.w dan perkara itu sampai ke pengetahuan baginda s.a.w , tetapi Baginda s.a.w tidak pula menegah kami daripada melakukan perkara tersebut “ ~ ( Hadis Sahih diriwayatkan oleh Imam Muslim – Kitab An-Nikah – 2610 ) . 

Dan bagi seseorang suami tidak dibenarkan melakukan perkara tersebut melainkan dengan redha isterinya , dan tentulah sebuah kebahagian rumahtangga yang diimpikan itu tidak akan menjadi realiti andainya tiada kesefahaman dan redha-meredhai di antara anggota rumahtangga itu.

Wallahu A’alam Bissowab
Wahuwa Yahdi Ila Sabilir Rasyad



RUJUKAN & SARANAN PEMBACAAN : 

1 – YASALUNAKA ‘ANID DIN WAL HAYAH – JILID I
‘Allamah Dr. Ahmad Ash-Syarbasi ( Profesor Universiti Al-Azhar )
ms 234 – 243 . Terbitan Darul Jil , Beirut.

2 – FATWA WA AHKAM LIL MARAH AL-MUSLIMAH
‘Allamah Syeikh Atiah Saqr ( Bekas Pengerusi Fatwa Al-Azhar )
ms 221 , Terbitan : Maktabah Wahbah , Cairo.

3 – AL-FATAWA AL-ISLAMIYYAH
‘Allamah Dr. Nasr Farid Wasil ( Bekas Mufti Republik Arab Mesir )
ms 304 . Terbitan : Al-Maktabah At-Tawfiqiah , Cairo.

4 – KATA BERJAWAB 1-5
Al-Fadhil Ustaz Abdul Qadir Hassan ( Guru Pesantren PERSIS Bangil )
Terbitan : Yayasan Al-Muslimun , Bangil, Indonesia.




و إلى اللقاء إن شاء الله تعالى
والسلام علبكم و رحمة الله و بركاته

Khamis, 17 November 2011

Keadaan Wanita Sebelum Kedatangan Islam


Agama Islam adalah agama yang suci dan bersih. Ia sememangnya agama yang bersesuaian dengan fitrah manusia meliputi keseluruhan aspek kehidupan, baik untuk lelaki mahupun wanita, tua dan muda. Islam amat menitikberatkan keadaan umatnya. Syariat Allah s.w.t adalah semata-mata untuk memandu manusia ke arah yang diredhaiNya. Sumber al-Quran dan Sunnah Rasulullah pula menjadi rujukan sepanjang zaman.

Wanita disisi Islam mempunyai kedudukan yang sangat istimewa. Lihat sahaja bagaimana Islam menjaga dan mendidik wanita agar menjadi seorang wanita yang baik budi pekertinya, sopan tutur dan penampilannya. Dengan mengikut acuan Islam yang sebenar, sudah tentu wanita akan berada dalam kedudukan yang selamat dan terjamin disisi  Allah s.w.t

Pernahkah terlintas difikiran anda, bagaimana wanita ketika Islam belum sampai kepada mereka?. Di Zaman jahiliyyah dahulu, bagaimana wanita diperlakukan oleh lelaki?. Kedudukan wanita sebelum datangnya Islam sememangnya rendah. Bahkan wanita hanyalah alat yang boleh diperlakukan sesuka hati di zaman Jahiliyyah dahulu. Berikut adalah beberapa keadaan wanita ketika Islam belum hadir atau ketika di zaman Jahiliyyah.

1. Pada zaman jahiliyyah, seseorang bapa akan menjadi begitu marah, malah penuh kebencian jika anak yang dilahirkan isterinya adalah anak perempuan. Ini kerana anak perempuan dianggap sebagai tidak berguna dan tidak memberi manfaat seperti anak lelaki. Mereka hanya mendambakan anak lelaki yang akan menyinari hidup mereka. Anak perempuan tidak ubah seperti menyusahkan. Kebodohan dan kebencian mereka terhadap anak perempuan ditegur oleh Allah dalam firmanNya:


وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِالْأُنثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ


Dan apabila dikhabarkan kepada seseorang dari mereka bahawa ia beroleh anak perempuan, muramlah mukanya sepanjang hari (kerana menanggung dukacita), sedang ia menahan perasaan marahnya dalam hati. (an-Nahl:58)

يَتَوَارَىٰ مِنَ الْقَوْمِ مِن سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ ۚ أَيُمْسِكُهُ عَلَىٰ هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ ۗ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

Ia bersembunyi dari orang ramai kerana (merasa malu disebabkan) berita buruk yang disampaikan kepadanya (tentang ia beroleh anak perempuan; sambil ia berfikir): adakah ia akan memelihara anak itu dalam keadaan yang hina, atau ia akan menanamnya hidup-hidup dalam tanah? Ketahuilah! Sungguh jahat apa yang mereka hukumkan itu. (an-Nahl:59)

2. Pada zaman jahiliyyah juga, wanita perlu bekerja untuk suami dan menampung perbelanjaan suami. Jika suami dalam keadaan marah, isterinya akan dipaksa berkerja dengan keras. Jika ingin bercerai pula, si isteri perlu membayar semula mahar yang telah diberikan ketika berkahwin dahulu.



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَن تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا ۖ وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَن يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ ۚ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

Wahai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan-perempuan dengan jalan paksaan, dan janganlah kamu menyakiti mereka (dengan menahan dan menyusahkan mereka) kerana kamu hendak mengambil balik sebahagian dari apa yang kamu telah berikan kepadanya, kecuali (apabila) mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaulah kamu dengan mereka (isteri-isteri kamu itu) dengan cara yang baik. Kemudian jika kamu (merasai) benci kepada mereka (disebabkan tingkah-lakunya, janganlah kamu terburu-buru menceraikannya), kerana boleh jadi kamu bencikan sesuatu, sedang Allah hendak menjadikan pada apa yang kamu benci itu kebaikan yang banyak (untuk kamu). (an-Nisa' :19)


3. Pada zaman jahiliyyah juga, sudah menjadi tradisi dalam kalangan bangsa Arab untuk menanam anak perempuan mereka hidup-hidup. Anak kecil yang tidak tahu apa-apa, yang selayaknya meraih perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya sebaliknya dibunuh tanpa perasaan. 



وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ    
بِأَيِّ ذَنبٍ قُتِلَتْ

Dan apabila anak perempuan yang ditanam hidup-hidup: ditanya, -Dengan dosa apakah ia dibunuh?
 (at-Takwir:8-9)



4. Pada zaman jahiliyyah juga, seseorang lelaki akan mewarisi isteri ayahnya apabila dia meninggal dunia. Ini bermaksud, ibunya akan menjadi isterinya juga selepas kematian ayahnya, Nauzubillah. Sungguh sukar diterima akal yang waras, bagaimana seorang insan bergelar ibu menjadi isteri kepada anaknya. Hal ini tersebut dalam firman Allah s.w.t :



وَلَا تَنكِحُوا مَا نَكَحَ آبَاؤُكُم مِّنَ النِّسَاءِ إِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ ۚ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَمَقْتًا وَسَاءَ سَبِيلًا

Dan janganlah kamu berkahwin (dengan perempuan-perempuan) yang telah diperisterikan oleh bapa kamu kecuali apa yang telah berlaku pada masa yang lalu. Sesungguhnya perbuatan itu adalah satu perkara yang keji, dan dibenci (oleh Allah), serta menjadi seburuk-buruk jalan (yang dilalui dalam perkahwinan).  (an-Nisa':22)


Kepada wanita-wanita muslim di luar sana, semoga kisah ini memberi kesedaran kepada anda. Ingatlah, anda bertuah kerana menjadi wanita Muslim, tidak seperti mereka yang jahiliyyah dahulu. Kedudukan anda disisi Islam adalah tinggi dan mulia. Semoga dengan kisah ini, membuahkan kesyukran atas nikmat iman dan Islam serta menjentik kesedaran wanita Muslimah. Jangan kembali seperti jahilnya mereka yang terdahulu, kerana dirimu begitu berharga disisiNya. wallahua'lam.




- Amal Dengan Ilmu -

WADi





Jumaat, 1 Julai 2011

Islamkah Pakaian Mu ??



Assalamualaikum dan salam sejahtera. Moga penulisan yang tidak seberapa ini memberi manfaat dan kesan kepada diri saya khususnya, dan sesiapa jua di luar sana. Kali ini saya menulis tentang sesuatu yang sangat familiar atau biasa di kalangan kita namun sering kali kita abaikan. Ia tampak remeh namun kesannya amat bahaya sekali. Apakah ia? Ia adalah pakaian kita. Pakaian seorang hamba yang mengucap syahadah dan mengaku hamba kepada Tuhan. Namun acap kali gagal dalam hal yang mudah bernama Pakaian.

BERFESYEN kini dilihat satu kemestian. Ia begitu sinonim dengan golongan hawa. Memang menarik sekali apabila melihat seorang wanita tampil berjubah atau bertudung kepala dengan pelbagai rekaan menarik. Namun, bertudung bukan sekadar berfesyen, tetapi niat si pemakai adalah menutup aurat. Islam tidak menetapkan syarat khusus etika berpakaian asalkan bersih, menutup aurat, sopan dan sesuai dengan akhlak seorang Muslim.

Allah berfirman yang bermaksud: “Katakanlah: Siapakah yang mengharamkan (memakai) perhiasan dikeluarkanNya untuk hambaNya dan rezeki (makanan) yang baik-baik? Katakanlah: Semua itu untuk orang yang beriman ketika hidup di dunia dan khusus untuk mereka pada hari kiamat. Demikian Kami terangkan ayat itu untuk kaum yang mahu mengetahuinya. Katakanlah: Sesungguhnya yang diharamkan TuhanKu, hanya semua yang keji, baik zahir atau yang batin, maksiat dan melampaui batas tanpa kebenaran atau kamu sekutukan Allah dengan sesuatu yang tidak diberi keterangan kepadanya dan kamu katakan terhadap Allah sesuatu yang tidak kamu ketahui”. (Surah al-A’raaf ayat 32 hingga 33).

Memakai perhiasan (pakaian yang baik dan bersih) sangat besar faedahnya untuk menjaga kesihatan manusia. Begitu juga menjaga kehormatan. Memakai pakaian yang baik itu melahirkan nikmat Allah dan terima kasih kepada-Nya. Orang mukmin diberikan pahala menerusi niat atas pekerjaan baik itu. Perhiasan menjadi tidak baik jika ia berlebih-lebihan, seolah-olah hidup hanya untuk tujuan berhias
Malah, tidak keterlaluan dikatakan melihatkan perkembangan fesyen semasa kini ia turut tempias kepada golongan lelaki yang semakin bijak bergaya.

Lelaki metroseksual. Itulah istilah yang digunakan bagi menggambarkan lelaki moden yang menjaga setiap inci penampilan mereka. Namun, di sebalik perubahan yang dilihat menuju pemodenan adakah Islam melarang umatnya bergaya atau berfesyen? Jika diteliti setiap orang pasti ingin tampil menarik apabila menghadiri majlis keraian seperti hariraya, perkahwinan, ke tempat kerja atau bersantai. Islam memandang cara berpakaian mengikut gaya semasa diharuskan asalkan menutup aurat serta sopan, tidak terlalu ketat sehingga menampakkan susuk tubuh, bersederhana, dapat membezakan antara lelaki dan perempuan serta jangan nipis hingga menampakkan warna kulit atau bentuk badan.

Allah s.w.t. berfirman yang bermaksud: 
“Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman: Hendaklah mereka merendahkan pandangan dan menjaga kehormatannya, dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasannya, kecuali apa yang biasa nampak daripadanya, dan hendaklah mereka tutupkan tudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka atau ayah suami mereka atau anak mereka atau anak suami mereka atau saudara mereka atau anak saudara lelaki mereka atau anak saudara perempuan mereka atau perempuan Muslimat atau hamba sahayanya atau pelayan lelaki yang tidak mempunyai keinginan (syahwat) kepada perempuan, atau kanak-kanak yang belum mengerti mengenai aurat perempuan. Janganlah kamu berjalan sambil menggoyangkan kaki supaya diketahui orang perhiasannya yang tersembunyi (gelang kaki). Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang beriman, mudah-mudahan kamu mendapat kemenangan”. (Surah An-Nur ayat 31).


Nabi Muhammad ketika hayatnya suka pakaian berwarna putih terutama untuk solat Jumaat dan menghadiri majlis keramaian. Ini kerana putih itu asal daripada segala warna lain selain dilihat suci dan bersih. Walaupun Nabi amat suka kepada pakaian berwarna putih, apabila hariraya Nabi memakai pakaian berwarna dan baru (bersih). Dalam soal berpakaian Rasulullah sendiri bersifat terbuka dengan syarat ia tidak melanggar batas syariah. Baginda memakai pakaian dari Yaman, Najran dan Mesir. Dalam hadis dari al-Mughirah bin Su’bah, beliau berkata, “Sesungguhnya Nabi Muhammad memakai jubah Rom- dalam sebahagian hadis disebut jubah Syamiah (negeri Syam)- yang sempit kedua-dua tangan bajunya.” (Riwayat al-Bukhari, Muslim al-Tirmizi, al-Nasai).

Angin peralihan daripada pakaian tradisi seperti baju Melayu bagi lelaki manakala wanita dengan baju kurung dan kebaya yang lebih moden menghakis ciri menutup aurat seperti digariskan dalam Islam. Dari awal lagi, Islam tidak pernah melarang umatnya bergaya dan mengikuti aliran fesyen selagi ia bertepatan dengan hukum agama. Yang penting, pastikan pakaian itu daripada jenis kain tebal, tidak nipis, jarang atau terlalu ketat. Jika bertudung, pastikan penampilan kemas.

Elakkan terlalu selekeh, comot atau memakai pakaian sehingga berbau dan mengganggu orang lain terutama ketika bersolat. Kaum wanita boleh memakai seluar jeans yang dipadankan dengan kemeja atau blaus, tetapi perlu memenuhi syarat. Bagi lelaki, walaupun aurat mereka dari pusat ke lutut, tidak bermakna mereka boleh berpakaian sesuka hati. Amalan berseluar pendek atau memakai pakaian koyak tidak sesuai dan melanggar peraturan menutup aurat. Malah, jika seseorang mahu dilihat seorang yang zuhud sehingga mengenakan pakaian yang buruk, koyak serta kelihatan selekeh, ia turut dilarang. wallahua'lam


 - Amal Dengan Ilmu -


WADi


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Makluman dari (WADi)


1. Selamat datang ke Laman WADi

2. Laman WADi adalah laman berbentuk ilmu pelbagai namun lebih menjurus kepada keagamaan.

3. Metod penulisan berdasarkan pelbagai sumber.Sumber utama adalah Al-Quran, Al-Hadith, Athar, dan Ijmak ulama' .

4. Pelawat bebas untuk follow atau tidak blog ini.

5. Pelawat dibenarkan untuk menjadikan WADi sebagai bloglist anda jika bermanfaat.

6. Anda dibenarkan untuk mengambil mana-mana artikel dan penulisan WADi dengan memberi kredit kepada WADi. Jika itu membuatkan anda berasa keberatan (memberi kredit kepada WADi, maka anda tidak perlu berbuat demikian). Asalkan ilmu itu sampai kepada semua. Terpulang kredibiliti anda sebagai penulis.

7. Tidak ada copyright di WADi, apa yang ditulis disini adalah untuk disampaikan. Ilmu itu milik Allah.

8. Penulis merupakan insan biasa yang banyak kesilapannya termasuk ketika menulis. Jika anda terjumpa sebarang kekeliruan, kesilapan berkaitan permasalahan hukum, dalil, hadith, atsar dan sebagainya , sila maklumkan WADi melalui email. Teguran secara baik amat kami hargai.

9. Hubungi saya melalui email : addien90@yahoo.com

10. Selamat membaca, menimba ilmu dan menyebarkan ilmu.

Klik Klik